Ibu Kota Bosnia, Sarajevo, Diselimuti Campuran Udara Tercemar dan Kabut (Reuters/Amel Emric)
Dunia

Polusi Udara Kota di Bosnia Duduki Peringkat Tertinggi Dunia

  • Terlepas dari janji otoritas Sarajevo untuk membuat kota bebas karbon pada tahun 2035, krisis biaya hidup telah memaksa orang untuk memilih bahan bakar padat yang lebih murah untuk pemanas rumah. Mereka juga mengendarai mobil tua dengan emisi polutan yang lebih tinggi.

Dunia

Distika Safara Setianda

JAKARTA - Kota-kota di Bosnia telah menduduki peringkat tertinggi dalam daftar polusi udara dunia sejak akhir pekan lalu. Ibu kota Bosnia, Sarajevo, bahkan mendapat peringatan soal kualitas udara dari para ahli. 

Hal itu tak lepas dari pembakaran bahan bakar padat perumahan dan transportasi sebagai penyebab peningkatan tersebut. Terlepas dari janji otoritas Sarajevo untuk membuat kota bebas karbon pada tahun 2035, krisis biaya hidup telah memaksa orang untuk memilih bahan bakar padat yang lebih murah untuk pemanas rumah. 

Mereka juga mengendarai mobil tua dengan emisi polutan yang lebih tinggi. Data menunjukkan, penggunaan gas di ibu kota tahun ini turun sebesar 18% dibandingkan dengan tahun lalu akibat kenaikan harga.

“Sebagian besar orang lebih memilih menggunakan bahan bakar yang lebih ekologis, tetapi mereka menggunakan apa yang bisa mereka mampu,” ujar Enis Krecinic, seorang ahli lingkungan di Institut Hidro-Meteorologi Federasi Bosniak-Kroasia otonomi Bosnia.

“Aspek sosial memengaruhi apa yang akan digunakan orang untuk memanaskan rumah mereka, mobil apa yang akan mereka kendarai, bahan bakar apa yang akan mereka pilih,” kata Krecinic kepada Reuters, dikutip, Rabu 13 Desember 2023. 

Menurut World Bank, Bosnia memiliki tingkat polusi partikulat halus (PM2.5) tertinggi di antara negara-negara Eropa, di mana pembakaran bahan bakar padat untuk pemanas rumah dan sektor transportasi masing-masing menyumbang sekitar 50% dan 20%.

Negara ini, terutama Sarajevo, yang terletak di lembah di antara pegunungan, telah mengalami kualitas udara yang buruk selama beberapa dekade. Meskipun industri pertambangan dan industri beratnya ditutup, Bosnia tetap menjadi salah satu negara paling tercemar di Eropa.

Menurut Krecinic, Sarajevo berisiko selama bulan-bulan musim dingin akibat variasi suhu, tetapi kota-kota lain, seperti Zenica yang terletak di lembah batubara Bosnia tengah, mengalami lebih banyak polusi berlebih selama satu tahun kalender.

Dokter mengatakan paparan partikel halus menimbulkan risiko kesehatan yang serius, yang menyebabkan infeksi saluran pernapasan, kanker, penyakit kardiovaskular, dan kematian dini.

“Benar-benar polusi udara di Sarajevo membawa perubahan dan masalah kesehatan, seperti radang paru-paru, baik untuk tua maupun muda,” kata Teufik Hadziosmanovic, seorang spesialis paru-paru.