Kota Kuno Ditemukan di Tengah Hutan Kamboja
Mahendraparvata merupakan salah satu ibu kota pertama Kekaisaran Khmer, yang mengendalikan petak besar Asia Tenggara dari abad kesembilan hingga ke-15. Selama setidaknya 150 tahun terakhir para arkeolog terus mencari keberadaan kota ini. Mereka telah menemukan sejumlah artefak yang mereka duga berasal dari Mahendraparvata, tetapi mereka tidak memiliki cukup bukti untuk memastikan bahwa tempat itu adalah […]
Mahendraparvata merupakan salah satu ibu kota pertama Kekaisaran Khmer, yang mengendalikan petak besar Asia Tenggara dari abad kesembilan hingga ke-15.
Selama setidaknya 150 tahun terakhir para arkeolog terus mencari keberadaan kota ini. Mereka telah menemukan sejumlah artefak yang mereka duga berasal dari Mahendraparvata, tetapi mereka tidak memiliki cukup bukti untuk memastikan bahwa tempat itu adalah kota yang dicari.
Sebuah makalah baru telah mengkonfirmasi lokasi Mahendraparvata di pegunungan Kamboja yang disebut Phnom Kulen. Dari 2012 hingga 2017, tim peneliti internasional mengamati hampir 600 sisa-sisa peradaban kuno yang baru ditemukan termasuk kuil, istana kerajaan, dan bangunan berbentuk piramida.
Kota ini tersusun dalam jejaring raksasa, yang akan menjadikan Mahendraparvata salah satu lanskap rekayasa pertama di zaman itu. Menurut para peneliti daerah tersebut selama ini hanya mendapat perhatian yang sangat kecil.
“Itu hampir seluruhnya hilang dari peta arkeologis, kecuali sebaran yang menunjukkan sisa-sisa beberapa kuil bata,” kata mereka.
Sekarang peradaban memiliki lokasi yang dikonfirmasi dan bisa memberikan wawasan baru tentang bagaimana kota dibangun lebih dari 1.000 tahun yang lalu.
Mahendraparvata mungkin bukan kota yang berkembang lama dan berfungsi sebagai ibu kota selama tahun-tahun antara abad ke delapan dan kesembilan, tetapi para arkeolog percaya kota ini mungkin hanya berfungsi seperti itu selama beberapa dekade sebelum Kekaisaran Khmer memindahkan operasinya ke Angkor.
Setelah kota itu ditinggalkan, struktur kayunya kemungkinan hancur, meninggalkan sedikit bukti bahwa kota itu pernah ada. Sangat sedikit prasasti kuno yang membicarakan soal Mahendraparvata.
Pada awal abad ke-20, para arkeolog mulai berspekulasi bahwa kota itu terletak di dataran tinggi yang memanjang di wilayah tersebut. Dugaan itu semakin kuat pada 1930-an, ketika sejarawan Philippe Stern menemukan kuil dan saluran air yang berasal dari abad kesembilan di daerah itu. Tetapi para sejarawan masih kesulitan memastikan bahwa reruntuhan itu milik Mahendraparvata.
Situs ini ditutupi oleh pohon lebat yang membuatnya sulit untuk mengamati dasar hutan. Juga agak berbahaya untuk dikunjungi. Dari awal 1970-an hingga akhir 1990-an, daerah itu diduduki oleh Khmer Merah, rezim brutal yang melakukan genosida di Kamboja, dan medannya masih penuh dengan ranjau darat.
Sebuah kelompok penelitian yang dipimpin oleh Archaeology Development Foundation menemukan cara mengatasi masalah ini. Mereka menggunakan pemindai laser dari pesawat terbang untuk menembus lebatnya hutan. Laser mengirimkan gelombang cahaya inframerah, yang mengenai tanah kemudian memantul kembali ke pesawat, di mana mereka direkam oleh pemindai. Peneliti menggunakan pemindaian untuk membuat model 3D dari medan.
Pada 2013, mereka menerbitkan sebuah makalah yang hampir mengidentifikasi Mahendraparvata sebagai pemukiman perkotaan di Phnom Kulen. Selama beberapa tahun berikutnya, mereka terus memindai wilayah tersebut dan menguatkan temuan mereka dengan penggalian di darat. Makalah terbaru mereka, yang diterbitkan pada Selasa 15 Oktober 2019, mengkonfirmasi bahwa mereka memang telah menemukan kota tersembunyi itu.
Mahendraparvata tampaknya telah menjadi tempat uji coba untuk inovasi dan tata ruang kota yang datang untuk mendefinisikan Kekaisaran Khmer selama 500 tahun ke depan. “Kota ini jelas perkotaan,” kata makalah tersebut. Sebuah jaringan jalan raya membaginya menjadi sebuah grid. Tanah dibagi menjadi blok-blok kota dengan panjang dan lebar masing-masing sekitar satu mil.
Para peneliti juga menemukan bukti adanya sistem pengelolaan air skala besar yang mencakup bendungan dan reservoir yang belum selesai.
“Bahkan jika itu tidak pernah berfungsi, reservoir di Mahendraparvata adalah prototipe untuk danau buatan yang luas yang akan menjadi fitur yang menentukan di Angkor nanti,” tulis tim sebagaimana dilaporkan Business Insider Jumat (18/10/2019).
Berdasarkan bukti ini, para peneliti percaya kota ini pernah menjadi tuan rumah pengadilan kerajaan dan populasi besar staf pemerintahan.
Tapi wilayah inbi tidak memiliki pusat kota yang padat yang dikelilingi oleh benteng atau parit, juga tidak dikelilingi oleh lingkungan yang jarang. Dengan cara itu, Mahendraparvata membantah anggapan para peneliti sebelumnya bahwa Mahendraparvata sebagai kota dengan pola yang rapi.
“Ini benar-benar unik di dunia Khmer,” tulis para peneliti. Mereka menambahkan bahwa tata letak mendorong para sejarawan untuk tidak menganggap kota Khmer sebagai ruang yang terdefinisi dengan baik dan padat, tetapi menganggapnya sebagai komponen kontinum kota yang berantakan dan kompleks.