<p>Gedung Bank Mandiri. / Facebook @bankmandiri</p>
Industri

Kredit Bank Mandiri Melambat, NPL Melonjak

  • Perusahaan pelat merah PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. mencatat pelambatan penyaluran fungsi intermediasi serta merangkak naik rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL) akibat pandemi COVID-19.

Industri
Khoirul Anam

Khoirul Anam

Author

Perusahaan pelat merah PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. mencatat pelambatan penyaluran fungsi intermediasi serta merangkak naik rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL) akibat pandemi COVID-19.

Dalam keterangan resmi yang dirilis Bank Mandiri di Jakarta, Jumat, 8 Mei 2020, disebutkan penyaluran kredit ke beberapa sektor utama dinilai cukup lamban. Berdasarkan sektor lapangan usaha, tiga sektor terbesar mengalami pertumbuhan yang relatif lamban dibandingkan dengan pertumbuhan total kredit.

Sektor tersebut antara lain, pertumbuhan kredit ke sektor perdagangan besar dan eceran dengan proporsi 18% terhadap total kredit, sebesar 1,6% year-on-year (yoy) atau turun dari capaian bulan sebelumnya, yakni 2,7% yoy. Sektor industri lainnya yaitu pengolahan dengan proporsi 16%, yang tumbuh 3,5% yoy dan penyaluran kredit ke sektor pertanian dengan proporsi 7% yang tumbuh sebesar 5,2% yoy.

Perlambatan juga tercatat pada NPL di sektor perdagangan dan industri pengolahan yang meningkat menjadi 3,99% dan 4,22% dari capaian sebelumnya, yaitu sebesar 3,95% dan 4,21%.

Sementara itu, kredit konsumsi rumah tangga mengalami pertumbuhan sebesar 6,1% yoy, lebih tinggi dari pertumbuhan total kredit. Berdasarkan jenis penggunaannya, kredit pemilikan rumah (KPR) tumbuh sebesar 7,3% yoy, kredit untuk pemilikan rumah tangga lainnya termasuk multiguna tumbuh sebesar 8,2% yoy, dan kredit pemilkan kendaraan bermotor tumbuh sebesar 1,09% yoy.

Namun, ketiga segmen kredit konsumsi tersebut mengalami penurunan kualitas. Tercatat, NPL untuk KPR, kredit peralatan rumah tangga lainnya termasuk multiguna, dan Kredit Pemilikan Kendaraan Bermotor (KKB) masing-masing sebesar 2,82%, 1,15%, dan 1,49% pada Februari lalu. Peningkatan tidak terlampau tinggi daripada bulan sebelumnya yang masing-masing sebesar 2,75%, 1,11%, dan 1,43%.

“Pandemi COVID-19 akan menjadi faktor penekan kinerja industri perbankan ke depan. Data pada Februari 2020 belum mencerminkan sepenuhnya dampak negatif dari pandemi COVID-19. Dampak negatif akan lebih terlihat pada bulan Maret dan April seiring dengan mulai signifikannya pengaruh Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) terhadap aktivitas perekonomian,” jelas Bank Mandiri.

Bank Badan Usaha Milik Negara (BUMN) itu mencatat pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) mengalami peningkatan menjadi 7,8% yoy pada Februari 2020 dibandingkan bulan sebelumnya, yakni sebesar 6,1% yoy.

Seluruh komponen DPK mengalami pertumbuhan yang lebih tinggi, antara lain Giro, Tabungan, dan Deposito masing-masing tumbuh mencapai 13,6%, 8,3% dan 4,5% yoy. Angka ini lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pada Januari yang masing-masing sebesar 11,7%, 7,4%, dan 3,9% yoy.

Selain itu, angka pertumbuhan DPK lebih tinggi dibandingkan angka pertumbuhan kredit yang sebesar 5,9% yoy pada Februari 2020.

“Hal ini menyebabkan likuiditas perbankan sedikit melonggar. Angka Loan to Deposit Ratio (LDR) pada Februari 2020 turun menjadi 91,8% dari sebelumnya 92,6% pada Januari 2020,” tulis Bank Mandiri.

Bank Mandiri memperkirakan, likuiditas perbankan akan cenderung melonggar seiring dengan kebijakan pelonggaran moneter (quantitative easing) dari Bank Indonesia dan menurunnya permintaan kredit akibat memburuknya kondisi ekonomi. (SKO)