Kredit BTN (BBTN) di 2025 Diproyeksi Melesat 14 Persen, Transformasi dan Subsidi KPR jadi Kunci
- Perubahan skema subsidi kredit pemilikan rumah (KPR), optimalisasi penjualan aset bermasalah, serta rencana spin-off unit usaha syariah menjadi fokus utama yang diyakini mampu memperkuat posisi BTN sebagai pemimpin di sektor pembiayaan perumahan.
Korporasi
JAKARTA – PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) terus berinovasi dengan mengusung sejumlah strategi transformasi yang diharapkan mampu memperkuat kinerja keuangan dan daya saing perusahaan.
Perubahan skema subsidi kredit pemilikan rumah (KPR), optimalisasi penjualan aset bermasalah, serta rencana spin-off unit usaha syariah menjadi fokus utama yang diyakini mampu memperkuat posisi BTN sebagai pemimpin di sektor pembiayaan perumahan.
Analis Sinarmas Sekuritas, Ivan Purnama Putera, menilai langkah-langkah ini dapat memberikan dampak signifikan terhadap pertumbuhan kredit BTN, yang diproyeksikan mencapai 14% pada 2025. Selain itu, margin bunga bersih (net interest margin atau NIM) diperkirakan ikut meningkat.
- Cinema XXI Sabet Penghargaan Perdana ICTA CineAsia APAC Achievement Award
- Terseret Pelemahan 28 Saham, LQ45 Hari Ini 12 Desember 2024 Melemah 15,67 Poin
- Loyo 71 Poin, IHSG Hari Ini 12 Desember 2024 Ditutup di 7.394,24
“Kami melihat tahun 2025 sebagai momentum pertumbuhan BTN, didukung oleh kebijakan subsidi perumahan yang lebih progresif dan efisien,” jelasnya dalam riset yang dikutip pada Kamis, 12 Desember 2024.
Pemerintah juga telah menetapkan target subsidi pembelian rumah untuk 800 ribu unit melalui fasilitas likuiditas pembiayaan perumahan (FLPP), dengan skema pendanaan yang berbagi risiko secara seimbang antara pemerintah dan perbankan.
Penjualan Aset Bermasalah
Salah satu langkah strategis BTN adalah melalui penjualan aset bermasalah (bulk sales), yang diharapkan dapat memperkuat struktur keuangan perseroan. Ivan menjelaskan, BTN diproyeksikan memperoleh dana sebesar Rp1,1-1,5 triliun dari penjualan ini, dengan target penyelesaian pada Desember 2024.
“Penjualan aset bermasalah ini akan menurunkan rasio kredit bermasalah (non-performing loan atau NPL) sebesar 25-28 basis poin, dari posisi September 2024 sebesar 3,2%,” tambah Ivan.
Sinarmas Sekuritas pun merekomendasikan Add untuk saham BBTN dengan target harga Rp1.410 per saham, mempertimbangkan proyeksi laba bersih sebesar Rp3,18 triliun tahun ini dan potensi peningkatan menjadi Rp 3,68 triliun pada 2025.
Unlock Value dan Peningkatan Kinerja
Transformasi lainnya adalah rencana spin-off unit usaha syariah (UUS), BTN Syariah, yang telah menunjukkan kinerja gemilang hingga kuartal III-2024. Dalam periode tersebut, BTN Syariah mencatat kenaikan laba bersih sebesar 33,6% (year-on-year atau yoy), mencapai Rp535 miliar dibandingkan Rp 401 miliar pada periode yang sama tahun lalu.
Penyaluran pembiayaan BTN Syariah juga meningkat 19,3% yoy menjadi Rp42,7 triliun, sementara Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh 31,5% yoy menjadi Rp47,6 triliun. Total aset BTN Syariah tercatat sebesar Rp57,7 triliun, naik 19,2% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Direktur Infrastruktur Ekosistem Syariah Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah, Sutan Emir Hidayat, menyebut spin-off BTN Syariah sudah sesuai regulasi, dengan total aset melampaui Rp50 triliun.
“Langkah ini memberikan peluang BTN untuk mengoptimalkan nilai tambah dari BTN Syariah (unlock value), mempercepat pertumbuhan aset, dan memperkuat posisi BTN dalam mendukung program pembangunan 3 juta rumah,” ujar Sutan.
Dengan fokus pada transformasi strategis yang terintegrasi, BTN diharapkan mampu meningkatkan efisiensi, memperkuat daya saing, dan menciptakan pertumbuhan berkelanjutan yang bermanfaat bagi seluruh pemangku kepentingan.