Aktifitas sebuah dealer penjualan sepeda motor di kawasan Jati Uwung Kota Tangerang. Foto : Panji Asmoro/TrenAsia
Perbankan

Kredit Kendaraan Bermotor Alami Perlambatan di Triwulan II 2024

  • Penyaluran kredit atau pembiayaan bank umum pada triwulan II-2024 mencatatkan pertumbuhan signifikan untuk sektor administrasi pemerintahan walaupun porsinya masih kecil. Di sisi lain, kredit kendaraan bermotor mengalami perlambatan dibanding periode sebelumnya.

Perbankan

Idham Nur Indrajaya

JAKARTA - Penyaluran kredit atau pembiayaan bank umum pada triwulan II-2024 mencatatkan pertumbuhan signifikan untuk sektor administrasi pemerintahan walaupun porsinya masih kecil. Di sisi lain, kredit kendaraan bermotor mengalami perlambatan dibanding periode sebelumnya. 

Hal itu menurut Laporan Surveillance Perbankan Triwulan II-2024 yang dirilis Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Secara keseluruhan, penyaluran kredit bank umum mencatat pertumbuhan sebesar 12,36% secara tahunan (year-on-year/yoy), lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang tumbuh 7,76% yoy. 

Secara triwulanan, kredit juga tumbuh 3,23% (qtq), melampaui triwulan sebelumnya yang hanya mencatatkan pertumbuhan 2,18% (qtq). Pertumbuhan ini terutama didorong oleh peningkatan kredit kepada debitur korporasi dan sektor-sektor ekonomi tertentu.

Kredit untuk sektor administrasi pemerintahan mencatatkan pertumbuhan tertinggi, yakni 60,49% yoy, meski porsinya relatif kecil hanya 1,03%. Subsektor administrasi hubungan luar negeri, pertahanan, dan keamanan tumbuh hingga 85,01% yoy, mencerminkan peningkatan kebutuhan pendanaan di bidang strategis pemerintahan.

Rumah Tangga Mendominasi Penyaluran Kredit

Porsi terbesar kredit bank umum masih dialokasikan untuk sektor rumah tangga, mencakup 23,29% dari total penyaluran kredit. Pada sektor ini, pertumbuhan mencapai 10,64% yoy, naik dari tahun sebelumnya yang tumbuh 9,30% yoy. 

Salah satu pendorong utama adalah kredit untuk pembelian rumah tinggal tipe 22-70 yang tumbuh 12,76% yoy, serta rumah tinggal tipe di atas 70 yang melonjak hingga 20,00% yoy.

Namun, subsektor rumah tangga untuk pembelian kendaraan bermotor mengalami perlambatan, terkontraksi sebesar -6,33% yoy setelah tahun lalu tumbuh signifikan 17,48% yoy. Hal ini mengindikasikan adanya perubahan pola konsumsi masyarakat pada sektor rumah tangga.

Sektor Perdagangan dan Industri Pengolahan Meningkat Signifikan

Penyaluran kredit produktif juga menunjukkan peningkatan yang signifikan. Sektor perdagangan besar dan eceran, yang memiliki porsi 15,92%, tumbuh 9,87% yoy, naik tajam dari tahun sebelumnya yang hanya mencatatkan pertumbuhan 3,88% yoy. 

Dorongan utama berasal dari subsektor perdagangan besar makanan, minuman, dan tembakau yang tumbuh 33,68% yoy. Perdagangan dalam negeri beras bahkan melonjak 75,38% yoy, menjadi salah satu faktor utama penggerak sektor ini.

Baca Juga: Tahun 2025 Berpotensi Positif untuk Perbankan, OJK Ingatkan Risiko Kebijakan Trump

Sementara itu, sektor industri pengolahan dengan porsi 15,59% juga mencatatkan pertumbuhan 9,94% yoy, jauh lebih tinggi dibandingkan tahun lalu yang hanya tumbuh 1,70% yoy. 

Pertumbuhan ini terutama didukung oleh subsektor industri makanan, termasuk industri minyak makan dan lemak dari nabati dan hewani yang tumbuh 27,54% yoy. Subsektor industri kertas dan produk turunannya juga tumbuh 25,03% yoy, mengindikasikan peningkatan permintaan pasar domestik maupun ekspor.

Penyaluran kredit untuk subsektor yang terkait hilirisasi, seperti pengolahan kelapa sawit, logam non-besi, dan manufaktur elektronik, meningkat 27,09% yoy. Hal ini sejalan dengan kebijakan pemerintah yang mendorong hilirisasi sebagai upaya memberikan nilai tambah pada produk mentah Indonesia. 

Kredit subsektor ini mencakup 17,78% dari total kredit ke sektor industri pengolahan, setara dengan 2,77% dari total kredit secara keseluruhan.

Sektor Pertanian, Perantara Keuangan, dan Pertambangan Tumbuh Pesat

Sektor pertanian, perburuan, dan kehutanan mencatatkan porsi 6,88% dari total kredit perbankan, dengan pertumbuhan 8,54% yoy. Subsektor perkebunan kelapa sawit menjadi penopang utama dengan pertumbuhan 11,80% yoy, melonjak dari tahun lalu yang hanya tumbuh 1,87% yoy.

Sektor perantara keuangan juga mengalami pertumbuhan signifikan sebesar 28,54% yoy, meski melambat dibandingkan tahun lalu yang tumbuh 24,03% yoy. Pertumbuhan ini didorong oleh subsektor perantara keuangan non-bank yang meningkat hingga 63,30% yoy.

Sektor pertambangan dan penggalian mencatatkan pertumbuhan tinggi 28,94% yoy, didorong oleh subsektor pertambangan batubara dan gasifikasi batubara yang tumbuh 68,95% yoy. Subsektor pertambangan logam dan biji timah juga mencatatkan pertumbuhan signifikan 52,53% yoy, menunjukkan momentum positif di sektor ini.

Sektor Konstruksi Mengalami Perlambatan

Berbeda dengan tren sektor lainnya, sektor konstruksi yang memiliki porsi 5,26% justru terkontraksi -2,40% yoy. Hal ini disebabkan oleh penurunan signifikan pada subsektor konstruksi bangunan sipil yang terkontraksi sebesar -7,30% yoy, setelah tahun sebelumnya mencatatkan pertumbuhan dua digit sebesar 11,90% yoy. 

Penurunan ini mengindikasikan adanya tantangan dalam sektor infrastruktur di tengah pertumbuhan ekonomi nasional.