Ilustrasi ruko.
Perbankan

Kredit Macet Ruko/Rukan Jadi Penyumbang Terbesar NPL di Sektor Konsumtif

  • Menurut data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), tercatat bahwa bank umum di seluruh Indonesia telah mengalirkan kredit atau pembiayaan dengan total mencapai Rp7,09 kuadriliun pada akhir 2023. Dari jumlah ini, rasio NPL mencapai 2,19%.
Perbankan
Idham Nur Indrajaya

Idham Nur Indrajaya

Author

JAKARTA – Kredit macet untuk pengadaan rumah toko (ruko) dan rumah kantor (rukan), yang tergolong sebagai kredit pemilikan rumah (KPR), menjadi penyumbang terbesar untuk rasio nonperforming loan (NPL) di sektor pembiayaan konsumtif. 

Menurut data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), tercatat bahwa bank umum di seluruh Indonesia telah mengalirkan kredit atau pembiayaan dengan total mencapai Rp7,09 kuadriliun pada akhir 2023. Dari jumlah ini, rasio NPL mencapai 2,19%.

Dari jumlah tersebut juga, sekitar 73% digunakan sebagai kredit produktif untuk modal kerja dan investasi dalam rangka pengembangan usaha, sedangkan 27% tersisa dialokasikan untuk kredit konsumtif yang tidak terkait dengan bidang usaha.

Baca juga: Kredit Macet Sektor Properti Bengkak, Segmen Ruko dan Perkantoran Paling Banyak

Dalam segmen kredit konsumsi, terdapat rasio kredit macet yang signifikan terjadi pada sektor pembelian ruko atau rukan untuk keperluan bisnis. 

Pada Desember 2023, nilai kredit yang diberikan oleh bank umum untuk kepemilikan ruko atau rukan mencapai Rp22,48 triliun, namun terdapat sekitar Rp935,4 miliar yang tergolong sebagai kredit bermasalah. Dengan demikian, rasio NPL untuk ruko atau rukan secara nasional tercatat sebesar 4,16%.

Sementara itu, segmen konsumtif lainnya menunjukkan tingkat kredit bermasalah yang lebih rendah, dengan rentang sekitar 1—2%. Pada Desember 2023, rasio NPL untuk kepemilikan flat atau apartemen adalah 2,4%, sedangkan untuk kepemilikan rumah tinggal adalah 2,33%.

Selanjutnya, rasio kredit bermasalah untuk kepemilikan kendaraan mencapai 1,97% sementara untuk kepemilikan peralatan rumah tangga termasuk pinjaman multiguna adalah 1,25%. Adapun untuk segmen konsumsi lainnya, rasio NPL adalah sekitar 1,04%.

Baca Juga: Jurus Bank BTN Pangkas Kredit Macet Hingga Rp900 Miliar

Provinsi Penyumbang Kredit Macet Terbesar

Provinsi Gorontalo mencatatkan rasio tertinggi dengan 5,38%. Selain itu, terdapat beberapa provinsi lain yang juga menghadapi tantangan serupa dengan rasio NPL yang signifikan diantaranya Jawa Tengah, Kepulauan Riau, Sumatera Selatan, Jawa Timur, Jawa Barat, Sulawesi Selatan, Lampung, DI Yogyakarta, dan Papua Barat.

Berikut adalah rangkuman lengkap dari rasio NPL bank umum berdasarkan provinsi di Indonesia pada bulan Desember 2023, mulai dari yang tertinggi hingga terendah:

1. Gorontalo: 5,38%

2. Jawa Tengah: 4,09%

3. Kepulauan Riau: 3,81%

4. Sumatera Selatan: 3,42%

5. Jawa Timur: 3,01%

6. Jawa Barat: 2,99%

7. Sulawesi Selatan: 2,81%

8. Lampung: 2,60%

9. DI Yogyakarta: 2,59%

10. Papua Barat: 2,49%

11. Sulawesi Utara: 2,47%

12. Papua: 2,47%

13. Maluku: 2,23 %

14. Kalimantan Selatan: 2,20%

15. Sulawesi Barat: 2,18%

16. Riau: 2,18%

17. Bengkulu: 1,93%

18. Kalimantan Timur: 1,89%

19. DKI Jakarta: 1,85%

20. Sumatera Utara: 1,85%

21. Jambi: 1,81%

22. Kalimantan Barat: 1,76%

23. Sumatera Barat: 1,75%

24. Sulawesi Tengah: 1,74 %

25. Banten: 1,73%

26. Nusa Tenggara Timur: 1,65%

27. Bangka Belitung: 1,63%

28. Sulawesi Tenggara: 1,62%

29. Bali: 1,59%

30. Aceh: 1,57%

31. Maluku Utara: 1,52%

32. Kalimantan Tengah: 1,35%

33. Nusa Tenggara Barat: 1,15%

34. Provinsi lainnya: 0,21%