Kredit Perbankan Kembali Melejit Usai Sektor Properti Diguyur Insentif
Banjir insentif pada sektor properti tahun mulai mengerek permintaan kredit perbankan.
Industri
JAKARTA – Banjir insentif pada sektor properti tahun ini mulai mengerek permintaan kredit. Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan sebanyak 75,31% pembelian properti dilakukan melalui kredit bank.
“Kelihatan di properti kredit dan penjualannya naik. Naiknya (Penjualan properti) terjadi di semua segmen, bahkan di tipe-tipe menengah ke atas juga,” kata Perry dalam Temu Stakeholder untuk Percepatan Pemulihan Ekonomi Nasional, Kamis, 25 Maret 2021.
Menurut survei BI, kredit sektor properti telah tumbuh dari 1,54% pada September 2020 menjadi 3,01% pada Januari 2021. Peningkatan kredit terjadi di semua segmen properti.
- 11 Bank Biayai Proyek Tol Serang-Panimbang Rp6 Triliun
- PTPP Hingga Mei 2021 Raih Kontrak Baru Rp6,7 Triliun
- Rilis Rapid Fire, MNC Studios Milik Hary Tanoe Gandeng Pengembang Game Korea
Perry juga meminta direksi perbankan untuk menurunkan suku bunga dasar kredit (SBDK) properti agar insentif pemerintah dapat berjalan optimal.
Beberapa perbankan tercatat telah menuruti arahan dengan menurunkan SBDK secara agresif, termasuk kredit properti. SBDK non-KPR BRI per Maret 2021 turun jauh dari 12% menjadi 8,75%. Sementara SBDK KPR berada di angka 7,25%.
Hal yang sama juga diikuti BNI dengan menurunkan SBDK KPR dari 10% pada akhir 2020 menjadi 7,25% sejak Maret 2021. Sementara untuk non-KPR berada di angka 8,75% dari sebelumnya 11,7%.
Bank Mandiri dan BTN kompak menaruh SBDK KPR sebesar 7,25% dan Non-KPR mencapai 8,75%.
Perry mendorong masyarakat kelas menengah ke atas untuk membelanjakan uangnya yang selama ini ditahan di bank. Hal tersebut, kata Perry, dapat menggerakkan kembali ekonomi Indonesia.
“Jadi yang punya uang banyak di bank itu mulai dibelanjakan ke rumah dan apartemen. Ayo lah dibeli biar ekonomi kita pulih,” terang Perry.
Insentif ini tidak hanya difokuskan pada properti. BI bersama Kementerian Keuangan (Kemenkeu) secara berkala akan membidik sektor-sektor lain yang memiliki potensi menaikkan permintaan kredit nasional.
“Termasuk mengenai otomotif dan properti itu mengalami kenaikan. Selanjutnya kami akan bergerak ke sektor lain,” ucap Perry.