Ilustrasi kredit perbankan. (Pixabay)
Perbankan

Kredit Perbankan Menguat di Awal 2024

  • Kredit perbankan pada awal 2024 tumbuh tinggi. Pertumbuhan kredit sebesar 11,83% (year on year/yoy) pada Januari 2024, didorong oleh permintaan dan penawaran yang masih kuat.
Perbankan
Distika Safara Setianda

Distika Safara Setianda

Author

JAKARTA - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo melaporkan, kredit perbankan pada awal 2024 tumbuh tinggi. 

Pertumbuhan kredit sebesar 11,83% (year on year/yoy) pada Januari 2024, didorong oleh permintaan dan penawaran yang masih kuat. Kapasitas permodalan perbankan yang solid dan likuiditas yang cukup mendukung peningkatan kredit.

Ketersediaan likuiditas perbankan tercermin dalam rasio AL/DPK yang mencapai 27,79%. Kebijakan insentif likuiditas makroprudensial (KLM) dari Bank Indonesia, terutama bagi bank-bank yang fokus pada sektor-sektor prioritas, juga turut mendukung ketersediaan likuiditas.

Perry menjelaskan, untuk mengatasi funding gap seiring dengan pertumbuhan DPK sebesar 5,80% dan untuk memastikan kelancaran penyaluran kredit, bank-bank mengadopsi dua strategi utama. Pertama, mereka melakukan realokasi aset likuid dari investasi dalam surat-surat berharga. Kedua, mereka memperkuat sumber pendanaan non-DPK.

“Bank-bank cenderung mengutamakan penyaluran kredit ke sektor-sektor yang dianggap memiliki potensi dan sesuai dengan tingkat risiko yang dapat diterima, seperti Sektor Perdagangan Besar dan Eceran, Industri, Pertanian, Jasa Dunia Usaha, dan Konsumsi,” kata Perry dalam konferensi pers di Jakarta, pada Rabu, 21 Februari 2024.

Secara keseluruhan, sektor-sektor tersebut menunjukkan kinerja usaha korporasi yang kuat, yang membantu mempertahankan kemampuan pembayaran.

Berdasarkan tujuan penggunaannya, pertumbuhan kredit didorong oleh kredit investasi dan kredit modal kerja, yang masing-masing mencapai pertumbuhan sebesar 13,39% (yoy) dan 12,26% (yoy), diikuti oleh pertumbuhan kredit konsumsi sebesar 9,64% (yoy).

Menurut Perry, peningkatan kredit disebabkan oleh performa yang baik dari korporasi dan rumah tangga dalam hal permintaan kredit. Secara sektoral, pertumbuhan kredit terutama terjadi di sektor Pertambangan, Jasa Sosial, dan Jasa Dunia Usaha.

Pertumbuhan pembiayaan syariah terus berlanjut dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi, mencapai 15,67% (yoy) pada Januari 2024, sedangkan kredit untuk Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) tumbuh sebesar 8,97% (yoy).

“Ke depan, pertumbuhan kredit 2024 diprakirakan meningkat dalam kisaran 10-12%. Bank Indonesia terus memperkuat efektivitas implementasi kebijakan makroprudensial yang akomodatif, dan meningkatkan sinergi dengan Pemerintah, otoritas keuangan, Kementerian/Lembaga, perbankan, serta pelaku dunia usaha,” ujar Perry.