Kredit UMKM Masih Melambat, Apa Langkah OJK Tahun Depan?
- Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tengah menyiapkan kebijakan strategis untuk mendukung pertumbuhan kredit Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) melalui peluncuran stimulus khusus pada tahun 2025.
Perbankan
JAKARTA – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tengah menyiapkan kebijakan strategis untuk mendukung pertumbuhan kredit Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) melalui peluncuran stimulus khusus pada tahun 2025. Langkah ini diambil setelah mencermati pertumbuhan kredit UMKM yang melambat, hanya mencapai 4,76% hingga Oktober 2024.
Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, Dian Ediana Rae, menjelaskan bahwa OJK akan menerbitkan Peraturan OJK (POJK) baru untuk mempermudah akses pembiayaan bagi UMKM.
"Kami prihatin dengan pertumbuhan kredit UMKM yang masih rendah di posisi 4,76% pada Oktober 2024. Ini juga merupakan amanat dari Undang-Undang P2SK (Pengembangan dan Penguatan Sektor Keuangan)," ujar Dian dalam konferensi pers Rapat Dewan Komisioner (RDK) OJK akhir pekan lalu.
- Cara Mudah Menonaktifkan WhatsApp Agar Tidak Bisa Dihubungi
- Cara Memakai Meta AI di WhatsApp dan Instagram
- 5 Chatbot AI Alternatif Pengganti ChatGPT
POJK Baru untuk Permudah Akses Pembiayaan UMKM
Regulasi baru yang akan diluncurkan oleh OJK dirancang untuk meningkatkan kemudahan akses pembiayaan bagi UMKM, baik melalui lembaga perbankan maupun lembaga jasa keuangan (LJK) non-bank. Kebijakan ini mencakup skema pembiayaan baru yang sesuai dengan karakteristik bisnis UMKM, percepatan proses penyaluran pembiayaan, serta berbagai kemudahan lainnya.
“Nantinya, seluruh siklus penyaluran kredit UMKM akan diakomodasi dalam POJK ini. Kami juga mendorong bank dan LJK non-bank untuk berkolaborasi meningkatkan kemudahan pembiayaan bagi UMKM,” tambah Dian.
Pertumbuhan Kredit UMKM Melambat
Berdasarkan laporan Bank Indonesia (BI) dalam Analisis Uang Beredar, total kredit yang disalurkan kepada UMKM mencapai Rp1.399,3 triliun pada Oktober 2024. Namun, pertumbuhannya hanya sebesar 4,6% yoy, lebih rendah dibandingkan September 2024 yang mencatat 5,0% yoy.
Segmen usaha mikro mencatat pertumbuhan kredit 4,4% yoy dengan total penyaluran Rp637,5 triliun, sedangkan usaha kecil tumbuh 7,2% yoy dengan total Rp456 triliun. Di sisi lain, segmen usaha menengah mengalami perlambatan pertumbuhan dari 2,4% pada September menjadi 1,4% yoy pada Oktober, dengan total kredit Rp308,8 triliun.
Baca Juga: Problematika Perlindungan Data Pribadi: Tantangan dan Upaya Perbankan
Kinerja Perbankan Nasional Tetap Resilien
Di tengah tantangan ekonomi global, perbankan nasional tetap menunjukkan kinerja stabil dengan pertumbuhan kredit double digit sebesar 10,92% yoy pada Oktober 2024, meningkat dari 10,85% yoy pada bulan sebelumnya. Total kredit yang disalurkan mencapai Rp7.656,90 triliun.
Berdasarkan jenis penggunaan, Kredit Investasi tumbuh tertinggi sebesar 13,63%, diikuti Kredit Konsumsi 11,01%, dan Kredit Modal Kerja 9,25%. Dari sisi kepemilikan bank, bank BUMN menjadi pendorong utama pertumbuhan kredit dengan pertumbuhan 12,64% yoy.
Dana Pihak Ketiga dan Likuiditas Perbankan Tetap Positif
Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan tumbuh 6,74% yoy, mencapai Rp8.751,16 triliun pada Oktober 2024. Pertumbuhan ini sedikit melambat dibandingkan September 2024 yang mencapai 7,04% yoy. Komponen giro, tabungan, dan deposito masing-masing mencatatkan pertumbuhan sebesar 6,72%, 7,43%, dan 6,18% yoy.
Likuiditas perbankan juga tetap memadai. Rasio Alat Likuid terhadap Non-Core Deposit (AL/NCD) naik menjadi 113,64%, sementara rasio Alat Likuid terhadap Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) mencapai 25,58%. Indikator lain seperti Liquidity Coverage Ratio (LCR) tercatat sebesar 222,70% dan Net Stable Funding Ratio (NSFR) sebesar 129,50%, menunjukkan ketahanan likuiditas perbankan.
- Sekuritas Ini Rekomendasikan Saham Emas dengan Potensi Cuan di 2025, Ada BRMS dan MDKA
- ANTM Pimpin Penguatan 24 Saham, LQ45 Hari Ini 10 Desember 2024 Ditutup Naik 3 Poin
- INTP, ACES, dan MDKA Nangkring di Top Gainers LQ45 Pagi Ini
Kualitas Kredit dan Profitabilitas Tetap Terjaga
Kualitas kredit perbankan tetap terjaga dengan rasio Non-Performing Loan (NPL) gross sebesar 2,20%, membaik dari 2,21% pada September 2024. Sementara itu, rasio NPL net turun menjadi 0,77% dari 0,78%. Loan at Risk (LaR) juga menurun ke level 9,94%, mendekati kondisi sebelum pandemi pada Desember 2019.
Dari sisi profitabilitas, Return on Assets (ROA) tetap stabil di angka 2,73%. Rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) meningkat menjadi 27,07% dari 26,84% pada bulan sebelumnya, menjadi bantalan mitigasi risiko yang kuat di tengah ketidakpastian global.
Potensi Kredit Buy Now Pay Later (BNPL)
Kredit Buy Now Pay Later (BNPL) mencatat pertumbuhan signifikan sebesar 47,92% yoy pada Oktober 2024, dengan baki debet mencapai Rp21,25 triliun dan total rekening mencapai 23,27 juta. Meskipun porsinya kecil, yaitu 0,28% dari total kredit perbankan, tren pertumbuhan ini menunjukkan potensi besar untuk masa depan.