Kreditnya Melesat Rp38 Triliun, Laba Bersih Bank Mayapada Selama 3 Tahun Terus Menyusut
- Bank Mayapada mencatatkan laba bersih 2022 Rp25,99 miliar, turun dari 2021 Rp44,12 miliar
Korporasi
JAKARTA - Kasus kredit macet Sioeng Group di PT Bank Mayapada Internasional Tbk (MAYA) senilai Rp1,3 triliun akhirnya mengungkap banyak fakta di bank milik konglomerat Tahir alias Ang Tjoen Ming itu. Dari materi paparan publik perseroan yang dirilis di www.idx.co.id pada 24 Mei 2023 terungkap, laba bersih bank ini dalam tiga tahun terakhir terus menurun.
Anehnya, kondisi itu terjadi di saat sejumlah indikator fundamental seperti simpanan nasabah, penyaluran kredit, dan total aset produktif Bank Mayapada mengalami lonjakan yang fantastis.
Detilnya seperti ini, pada laporan keuangan tahun 2022, Bank Mayapada mencatatkan laba bersih sebesar Rp25,99 miliar, turun dibandingkan tahun 2021 sebesar Rp44,12 miliar. Pada tahun 2020, laba bersih Bank Mayapada jauh lebih besar lagi, mencapai senilai Rp64,16 miliar. Artinya dalam tiga tahun laba bersih bank ini sudah turun sekitar 60%.
Sementara itu, sejumlah indikator fundamental Bank Mayapada selama periode tiga tahun ini mengalami pertumbuhan luar biasa. Misalnya, dana pihak ketiga (DPK) yang mana pada tahun 2020 baru sebesar Rp72,35 triliun, pada tahun berikutnya melonjak menjadi Rp98,72 triliun, dan berada di angka Rp103,81 triliun per 31 Desember 2022.
- Pertamina Bocorkan Nama BBM Baru yang Bakal Dijual Mulai Juli 2023
- Cara Latih Kucing Berhenti Mencakar Furnitur
- Sebut Ekonomi RI Tetap Solid pada 2023, IMF Beri Rekomendasi Ini!
Dari data tersebut tercatat bahwa selama periode 2020-2022, simpanan nasabah di Bank Mayapada bertambah sebesar Rp31,45 triliun. Mayoritas simpanan pada tahun 2022 itu sekitar Rp100,81 triliun adalah deposito berjangka.
Sejalan dengan peningkatan simpanan, pada tahun 2022 kredit yang disalurkan Bank Mayapada melonjak hingga Rp94,52 triliun, naik daripada tahun 2021 sebesar Rp70,91 triliun. Yang menarik, selama fase pandemi COVID-19 kredit yang disalurkan oleh Bank Mayapada justru mengalir deras.
Ini bisa dilihat dari perbandingan kredit tahun 2020 yaitu sebesar Rp56,29 triliun, dengan kredit tahun 2022 senilai Rp94,52 triliun. Berarti selama masa pandemi tiga tahun itu, di mana ekonomi nasional sedang mengalami tekanan hebat, Bank Mayapada justru menggelontorkan tambahan kreditnya sebesar Rp38,23 triliun.
Laporan keuangan Bank Mayapada juga mengungkap sebuah fakta menarik lainnya. Sepanjang tahun 2022, arus kas dari aktivitas operasi bank ini masih mengalami negatif Rp953,81 miliar, turun dibandingkan tahun sebelumnya yang juga minus Rp2,82 triliun.
Secara bisnis, kinerja Bank Mayapada banyak tertekan oleh beban bunga dan biaya operasional lainnya. Pada tahun 2022, dengan pendapatan bunga senilai Rp7,71 triliun, bank harus membayar bunga sebesar Rp5,89 triliun. Adapun beban operasional lainnya mencapai Rp1,89 triliun. Tingginya beban operasional lainnya ini tidak sebanding dengan pendapatan operasional lainnya yang hanya Rp80,69 miliar.
Inilah yang kemudian membuat bank dengan aset produktif mencapai Rp118,30 triliun tersebut menutup tahun 2022 dengan laba “hanya” Rp25,99 miliar atau 0,00019% dari total aset.
Data dari manajemen pada saat paparan publik menyebutkan bahwa Bank Mayapada mencatatkan CAR 11,3%, ROA 0,04%, ROE 0,22%, dan NIM 1,92% dengan posisi LDR sebesar 79,65%.
Di pasar saham, pada Senin 26 Juni 2023, emiten berkode MAYA ini harganya ditransaksikan di level Rp438-Rp442 per saham dengan nilai kapitalisasi sebesar Rp5,21 triliun.