<p>Ilustrasi pungutan pajak layanan digital hingga e-commerce / Shutterstock</p>

Kredivo: Pandemi Bikin Tren Transaksi E-Commerce Melejit

  • Berdasarkan data internal Kredivo pada September 2020, jumlah transaksi pengguna dan rata-rata nilai pembelanjaan sudah melebihi angka pre-Covid

Drean Muhyil Ihsan

Drean Muhyil Ihsan

Author

JAKARTA – Fintech peer-to-peer lending PT FinAccel Teknologi Indonesia alias Kredivo mengungkapkan adanya pertumbuhan transaksi dan pembelanjaan pada platformnya. Bahkan catatan ini melebihi capaian sebelum pandemi COVID-19.

General Manager Kredivo Indonesia Lily Suriani menyatakan, saat ini terdapat peningkatan digitalisasi yang memengaruhi perilaku masyarakat dalam menggunakan e-commerce. Ia menganggap hal ini sebagai sinyal positif pemulihan ekonomi dan potensi bagi pengembangan ekonomi digital.

“Berdasarkan data internal Kredivo pada September 2020, jumlah transaksi pengguna dan rata-rata nilai pembelanjaan sudah melebihi angka pre-COVID,” ujarnya melalui keterangan resmi, Senin 19 Oktober 2020.

Ia bilang, keyakinan konsumen untuk bertransaksi dengan nominal besar di platform e-commerce turut mengalami peningkatan. Lily mengakui, pandemi telah membawa tren belanja online meningkat.

“Kami optimistis bahwa pemulihan ekonomi bergerak ke arah yang positif. Konsumen sudah kembali memiliki keberanian untuk berbelanja,” tambahnya.

Lily mengatakan, kemudahan akses dan fleksibilitas pembayaran menjadi salah satu faktor meningkatnya tren belanja daring di platform e-commerce. Maka dari itu, katanya, Kredivo akan menyediakan fasilitas pembayaran berkala saat Hari Belanja Online Nasional (Harbolnas) 12 Desember 2020 nanti.

Manajemen Fintech P2P Lending PT FinAccel Digital Indonesia (Kredivo) / Dok. Kredivo
Inklusi Keuangan

Dengan begitu, ia berharap akan meningkatkan minat dan kepercayaan masyarakat di tengah pemulihan ekonomi nasional dengan pertumbuhan jumlah transaksi (GMV) sekitar 50% pada kuartal III-2020.

Menurutnya, peningkatan tersebut sejalan dengan hasil survei nasional literasi keuangan (SNLIK) yang diselenggarakan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada tahun lalu.

“Survei menunjukkan indeks inklusi keuangan sudah mencapai 76,19 persen,” jelasnya.

Kendati demikian, lanjut Lily, masih ada 38,03% kesenjangan pemahaman masyarakat terhadap indeks literasi keuangan. Ia menilai, kondisi ini dikarenakan banyaknya masyarakat yang belum maksimal menggunakan produk keuangan.

Sedangkan, Deputi Direktur Pengaturan, Penelitian dan Pengembangan Teknologi Finansial OJK Munawar Kasan menganggap adanya inovasi dan kolaborasi regulator dengan industri fintech P2P lending sangat dibutuhkan.

“Karena dapat mendorong literasi keuangan dan hal ini akan menjadi perhatian besar kami dalam bulan inklusi keuangan pada Oktober 2020 ini,” jelasnya.

Sementara itu, Ketua Harian Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) Kuseryansyah melihat potensi pertumbuhan industri fintech P2P lending yang hijau di Tanah Air. Oleh sebab itu, ia mengimbau para pelaku industri agar semakin dapat memudahkan akses keuangan digital kepada masyarakat.

“Kolaborasi regulator dan industri, serta inovasi dari pelaku ekosistem digital seperti yang dilakukan Kredivo dan mitra merchant, penting dalam memaksimalkan pemanfaatan kehadiran kemudahan akses keuangan digital saat ini secara bijak,” katanya.