Ilustrasi perdagangan aset kripto
Pasar Modal

Kripto Bitcoin dkk Kembali Melemah Setelah Perilisan Data Inflasi Produsen AS

  • Menurut pantauan Coin Market Cap, Jumat, 17 Februari 2023 pukul 10.50 WIB, Bitcoin (BTC) dalam 24 jam terakhir mengalami penurunan 3,48%.

Pasar Modal

Idham Nur Indrajaya

JAKARTA - Bitcoin dan aset-aset kripto berkapitalisasi pasar terbesar lainnya kembali melemah setelah perilisan data inflasi produsen Amerika Serikat (AS) kemarin malam.

Menurut pantauan Coin Market Cap, Jumat, 17 Februari 2023 pukul 10.50 WIB, Bitcoin (BTC) dalam 24 jam terakhir mengalami penurunan 3,48%.

Dengan penurunan tersebut, Bitcoin menempati posisi harga US$23.854 atau setara dengan Rp362 juta dalam asumsi kurs Rp15.176 per-dolar AS.

Sementara itu, Ethereum (ETH) mencatat penurunan 1,63%, Binance Coin (BNB) 3,82%, Ripple (XRP) 2,71%, Cardano (ADA) 3,37%, dan Dogecoin (DOGE) 4,05%.

Tether (USDT) dan USD Coin (USDC) bergerak stagnan sementara Polygon (MATIC) dan Binance (USD) mencatat penguatan dengan kenaikan masing-masing sebesar 4,09% dan 0,02%.

Untuk diketahui, pada Kamis, 16 Februari 2023 waktu setempat, Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan inflasi producer price index (PPI) yang mencatat kenaikan 0,7% secara month-to-month (mtm) pada Januari 2023.

Kemudian, Departemen Tenaga Kerja mengumumkan bahwa klaim pengangguran AS turun 1.000 menjadi 194.000 pada pekan lalu.

Seiring dengan sentimen yang hadir dari data-data tersebut, bursa-bursa saham di AS pun mengalami pelemahan.

Pada perdagangan kemarin, Dow Jones Industrial Average mengalami penurunan 1,26%, S&P 500 1,38%, dan Nasdaq 1,78%.

Penurunan kinerja bursa-bursa saham di AS itu pun diikuti oleh menyurutnya aset-aset kripto berkapitalisasi pasar terbesar.

Padahal, sebelum data inflasi dan ketenagakerjaan AS dirilis, Bitcoin sempat menyentuh ke posisi tertinggi dalam enam bulan terakhir dan mengindikasikan melemahnya korelasi antara pasar saham dan kripto.

Akan tetapi, dengan inflasi produsen AS yang meningkat di atas ekspektasi dan menjadi kenaikan tertinggi sejak Juni 2022, ditambah dengan data tenaga kerja AS yang positif, dapat membuka peluang bagi The Federal Reserve (The Fed) untuk mempertahankan suku bunga tinggi dalam jangka waktu yang lebih lama.

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan, selain adanya sentimen negatif dari Securities and Exchange Commision (SEC) AS yang melarang staking kripto, suku bunga yang tinggi dari The Fed pun dapat menjadi sentimen yang melemahkan kripto.

"Powell (gubernur The Fed) tidak menyebutkan kapan kenaikan suku bunga acuan dihentikan, tapi indikasinya mungkin diperlukan wakti hingga 2024 agar inflasi mencapai tingkat yang dianggap memuaskan oleh The Fed," ujar Ibrahim dikutip dari riset harian, Jumat, 17 Februari 2023.