Aset kripto Solana. Sumber YouTube.com/Solana Labs
Fintech

Kripto Solana Naik 29 Persen dalam Seminggu, Ini Penyebabnya!

  • Solana terus menunjukkan performa luar biasa dengan mencapai harga US$210 (Rp3,2 juta dalam asumsi kurs Rp15.672 per-dolar Amerika Serikat/AS) pada perdagangan Senin, 19 Maret 2024 meskipun kemudian mengalami penurunan menjadi US$191,80 (Rp3 juta) dalam 24 jam terakhir. Meskipun demikian, Solana masih mencatatkan kenaikan sebesar 29,50% dalam periode 7 hari terakhir.
Fintech
Idham Nur Indrajaya

Idham Nur Indrajaya

Author

JAKARTA – Aset kripto Solana (SOL) mengalami kenaikan 29,5% dalam seminggu terakhir menurut pantauan Selasa, 19 Maret 2024 pukul 08.00 WIB. 

Solana terus menunjukkan performa luar biasa dengan mencapai harga US$210 (Rp3,2 juta dalam asumsi kurs Rp15.672 per-dolar Amerika Serikat/AS) pada perdagangan Senin, 19 Maret 2024 meskipun kemudian mengalami penurunan menjadi US$191,80 (Rp3 juta) dalam 24 jam terakhir. Meskipun demikian, Solana masih mencatatkan kenaikan sebesar 29,50% dalam periode 7 hari terakhir.

Menurut Financial Expert Ajaib Kripto Panji Yudha, performa positif Solana didukung oleh lonjakan perdagangan di decentralized exchange (DEX) Solana, yang mencapai volume US$2,9 miliar (Rp45,5 triliun), melampaui Ethereum. 

Ini terjadi akibat dari peningkatan perdagangan memecoin seperti “Book of Meme (BOME)” dan “SNAP”. Prestasi ini menegaskan Solana sebagai platform blockchain yang banyak digunakan dengan pengaruh yang semakin besar di pasar kripto serta telah pulih dari keterpurukan pada 2022.

Sementara itu, Bitcoin selaku aset kripto berkapitalisasi pasar terbesar terpantau mengalami koreksi setelah sebelumnya mencapai All Time High (ATH) pada pekan lalu. 

Pada Kamis, 14 Maret 2024, Bitcoin (BTC) mencatatkan rekor tertinggi sepanjang masa dengan mencapai US$73.000 (sekitar Rp1,14 miliar dalam asumsi kurs Rp15.672 per-dolar Amerika Serikat/AS), namun kemudian mengalami aksi profit-taking yang membuatnya turun hingga US$64.600 (Rp1,01 miliar) pada hari Minggu, 17 Maret 2024.

Menurut analisis yang dilakukan pada Selasa, 19 Maret 2024 pukul 08:00 WIB, Bitcoin (BTC) saat ini diperdagangkan di sekitar US$67.010 (Rp1,05 miliar) setelah mengalami penolakan di area resistance US$69.000 pada hari Senin, 18 Maret 2024. 

Panji mengatakan bahwa BTC sedang menunjukkan indikasi penurunan di bawah MA-20 dan kemungkinan melemah lebih lanjut ke area support di kisaran US$64.000 - US$64.500 (sekitar Rp1 miliar – Rp1,01 miliar), dengan level support selanjutnya berada di sekitar US$60.000 (sekitar Rp940 juta).

Meskipun Bitcoin mengalami koreksi setelah mencapai puncaknya minggu lalu, optimisme terhadap momentum bullish masih tetap tinggi. 

Panji menekankan pentingnya untuk tetap memantau pergerakan pasar karena pasar aset kripto beroperasi secara dinamis selama 24 jam sehari. 

“Strategi yang dapat dipertimbangan saat ini adalah untuk ‘buy the dip’ Bitcoin (BTC) di area support guna untuk mendapatkan harga rata rata kepemilikan BTC yang rendah dan potensi memiliki jumlah Bitcoin lebih banyak, guna mempersiapkan potensi reli yang akan berlanjut hingga tahun 2025 nanti,” ujar Panji kepada TrenAsia, Selasa, 19 Maret 2024.

Pada minggu ini, konferensi Nvidia GPU Technology Conference (GTC) 2024 akan diawasi dengan ketat untuk mendapatkan informasi terbaru terkait Artificial Intelligence (AI) yang berpotensi berdampak pada kripto berbasis teknologi AI. 

Sementara itu, kompleksitas proses hukum antara Ripple dan Securities and Exchange Commission (SEC) terus berlanjut, dengan batas waktu baru yang telah ditetapkan. 

Gugatan SEC terhadap Ripple memiliki tenggat waktu utama pada 22 Maret, yang akan menentukan arah altcoin selanjutnya dalam beberapa minggu mendatang.

Pergerakan Bitcoin (BTC) berpotensi akan dipengaruhi oleh hasil pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) yang dijadwalkan pada 19-20 Maret 2024. 

Para pelaku pasar sedang mempertimbangkan kemungkinan penurunan suku bunga bank sentral AS mengingat angka inflasi yang melebihi perkiraan pada minggu lalu. 

Meskipun demikian, masih ada optimisme bahwa The Fed kemungkinan akan mempertahankan suku bunga di kisaran 5,25%-5,50%. Potensi penurunan suku bunga sebesar 25 bps pada bulan Juni juga menjadi perhatian, dengan peluang sekitar 50,7%.