Warga Inggris mematikan listrik rumah-rumah mereka sebagai bentuk protes terhadap harga energi yang terus meningkat dan menyusahkan.
Dunia

Krisis Energi Merambat ke AS, Puluhan Juta KK Tak Mampu Bayar Listrik

  • Krisis energi rupanya tak hanya menekan Eropa. Negara adidaya AS rupanya ikut terkena imbas.
Dunia
Rizky C. Septania

Rizky C. Septania

Author

WASHINGTON - Krisis energi rupanya tak hanya menekan Eropa. Negara adidaya AS rupanya ikut terkena imbas.

Sebagai sekutu barat yang turut menjatuhkan sanksi Ekonomi pada Rusia setelah perang di Ukraina meletus akhir Februari lalu, harga utilitas di sebagian wilayah AS melonjak.

Hal ini tentunya berdampak pada sebagian masyarakat AS. Sebab, lonjakan harga energi membuat tagihan listrik akan lebih mahal. Celakanya, sejumlah penduduk di AS tak siap dengan hal tersebut.

Menurut Asosiasi Direktur Bantuan Energi Nasional (NEADA) , ada sekitar 20 juta rumah tangga AS tak mampu membayar tagihan listrik mereka.

Selain itu,  hampir sepertiga rumah tangga AS mengatakan bahwa mereka mengurangi pengeluaran untuk kebutuhan dasar rumah tangga seperti obat-obatan atau makanan hanya untuk membayar tagihan energi.

Ini kemudian menciptakan krisis terburuk yang pernah dialami oleh AS dalam beberapa waktu terakhir.  Bahkan, sebagian dari mereka yang telah melewatkan tempo pembayaran tak lagi mendapat aliran listrik. Padahal, saat ini Amerika tengah dilanda gelombang musim panas.

Beberapa perusahaan utilitas yang berbasis di AS telah melaporkan lonjakan tajam dalam jumlah pelanggan yang terlambat membayar. Termasuk  diantaranya PG&E of California, yang telah mencatat ada  40% pelanggan menunggak sejak awal 2020. Sedangkan  Public Service Enterprise Group di New Jersey, mencatat ada  30% pelanggan yang menunggak pembayaran listrik sejak Maret tahun ini.

Mengutip Insider Kamis, 25 Agustus 2022, tagihan utilitas di AS  melonjak lantaran dipicu oleh naiknya harga gas alam . Di AS, harga gas alam telah meroket lebih dari 150% tahun ini. Itu terjadi seiring dengan meningkatnya permintaan bahan bakar dari pasar luar negeri dan dalam negeri. 

"Harga listrik diperkirakan akan meningkat secara signifikan musim panas ini sebagai akibat dari kenaikan harga gas alam yang  merupakan bahan bakar utama untuk listrik dan musim panas. Musim yang lebih hangat yang menciptakan permintaan tambahan untuk listrik," kata perwakilan NEADA.

NEADA memproyeksikan biaya pendinginan musim panas naik sekitar 20%. Besaran ini mewakili lompatan terbesar dalam lebih dari satu dekade. Sayangnya  tidak ada tanda-tanda bahwa harga listrik akan turun dalam waktu dekat karena harga gas alam tetap pada harga tinggi.