Sebuah Pemandangan Memperlihatkan Kawasan Gundul di Tengah Hutan Amazon (Reuters/Bruno Kelly)
Dunia

Krisis Hutan Dunia: Deforestasi Tahun 2022 Meningkat 4 Persen

  • Di sisi lain, sekitar 50 negara berada di jalur yang tepat untuk mengakhiri kehilangan hutan, dengan Brasil, Indonesia, dan Malaysia menunjukkan penurunan deforestasi yang drastis.

Dunia

Distika Safara Setianda

JAKARTA - Dunia bergerak terlalu lambat untuk memenuhi janji mengakhiri deforestasi pada tahun 2030, dengan kerusakan yang semakin parah pada tahun 2022. Demikian menurut sebuah laporan dari koalisi organisasi lingkungan yang dirilis Senin, 23 Oktober 2023.

Lebih dari 140 negara yang mewakili sebagian besar hutan di dunia berjanji pada KTT iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tahun 2021 di Glasgow untuk menghentikan dan membalikkan degradasi hutan pada akhir dekade ini.

“Namun, deforestasi meningkat 4% di seluruh dunia pada tahun 2022 dibandingkan dengan tahun 2021. Ini karena sekitar 66.000 kilometer persegi (25.000 mil persegi) hutan dihancurkan,” kata laporan tahunan Penilaian Deklarasi Hutan. Hal ini berarti dunia berada di luar jalur 21% untuk mengakhiri deforestasi pada tahun 2030.

“Hutan dunia sedang dalam krisis. Peluang untuk membuat kemajuan berlalu begitu saja,” kata Erin Matson, konsultan senior di kelompok lingkungan Climate Focus, yang dilansir dari Reuters, Selasa, 24 Oktober 2023.

Laporan ini disusun koalisi masyarakat sipil dan organisasi penelitian yang menilai kemajuan terhadap komitmen untuk menghapuskan deforestasi pada tahun 2030. Hal ini termasuk janji Glasgow dan Deklarasi New York tentang Hutan tahun 2014, yang diikuti sejumlah negara dan puluhan perusahaan terbesar di dunia yang membuat komitmen serupa.

Menurut penelitian tersebut, upaya untuk melestarikan hutan tropis tua—yang sangat berharga karena kandungan karbonnya yang tinggi dan keanekaragaman hayatinya yang kaya telah melenceng 33% dari jalurnya, dengan 4,1 juta hektare yang hilang pada tahun 2022

Dalam konferensi pers, para peneliti yang terlibat dalam laporan tersebut menekankan, dana publik sebesar US$2,2 miliar yang disalurkan ke proyek-proyek untuk melindungi hutan setiap tahunnya hanyalah sebagian kecil dari investasi yang dibutuhkan.

Studi ini juga melihat lebih jauh dari deforestasi untuk menganalisis degradasi hutan, dengan salah satu peneliti memperkirakan area hutan yang terdegradasi jauh lebih besar daripada area deforestasi global.

Menurut Climate Focus, pemicu degradasi hutan termasuk kegiatan penebangan, penggembalaan ternak, dan pembangunan jalan. “Tetapi, beberapa bagian dunia membuat kemajuan,” kata Franziska Haupt, penulis utama dan mitra pengelola di konsultan Climate Focus.

Haupt mengatakan, sekitar 50 negara berada di jalur yang tepat untuk mengakhiri kehilangan hutan, dengan Brasil, Indonesia, dan Malaysia menunjukkan penurunan deforestasi yang drastis. “Harapan belum hilang. Negara-negara ini memberikan contoh yang jelas yang harus diikuti oleh negara lain,” kata Haupt.

“Brasil, yang bertanggung jawab atas sekitar 30% deforestasi di dunia, telah mengalami perubahan yang signifikan dengan pemerintahan baru yang jauh lebih berkomitmen dalam memerangi deforestasi dibandingkan dengan pemerintahan sebelumnya,” ujar perwakilan WWF Brasil dalam konferensi pers tersebut.

“Hal ini menunjukkan apa yang dapat terjadi jika negara-negara yang memiliki undang-undang yang baik dan peraturan yang benar-benar berinvestasi untuk menegakkannya,” ujar Darragh Conway, pimpinan hak-hak dan tata kelola dalam Penilaian Deklarasi Hutan.