Ilustrasi aset kripto.
Pasar Modal

Krisis Perbankan Sampai Juga di Eropa, Kripto Bitcoin dkk Langsung Ambruk

  • Menurut pantauan Coin Market Cap, Kamis, 16 Maret 2023 pukul 11.00 WIB, Bitcoin (BTC) dalam 24 jam terakhir mengalami penurunan 1,88%.
Pasar Modal
Idham Nur Indrajaya

Idham Nur Indrajaya

Author

JAKARTA - Bitcoin dan aset-aset kripto berkapitalisasi pasar terbesar lainnya langsung ambruk setelah tersiarnya kekhawatiran akan krisis perbankan yang sampai juga di Eropa.

Menurut pantauan Coin Market Cap, Kamis, 16 Maret 2023 pukul 11.00 WIB, Bitcoin (BTC) dalam 24 jam terakhir mengalami penurunan 1,88%.

Dalam pantauan tersebut, Bitcoin menempati posisi harga US$24.341 atau setara dengan Rp373,99 juta dalam asumsi kurs Rp15.365 per-dolar Amerika Serikat (AS).

Sementara itu, Ethereum (ETH) mencatat penurunan 3,43%, Tether (USDT) 0,02%, Binance Coin (BNB) 0,08%, dan Ripple (XRP) 3,04%.

Kemudian, Cardano (ADA) mengalami penurunan 5,77%, Polygon (MATIC) 7,32%, Dogecoin (DOGE) 7,02%, dan Binance USD (BUSD) 0,01%.

Hanya USD Coin (USDC) yang terpantau menguat dengan persentase 0,12%, namun harganya masih di bawah level standar untuk stablecoin, yakni US$0,9997 (Rp15.363).

Bitcoin dan aset-aset lainnya mengalami penurunan setelah semalam Credit Suisse Bank di Swiss diberitakan tengah mengalami krisis likuiditas yang terjadi seiring dengan anjloknya harga saham hingga 20% lebih.

Kejadian ini menyusul tragedi bangkrutnya Silicon Valley Bank di AS yang menumbuhkan kekhawatiran akan krisis keuangan berskala global.

Akan tetapi, Bitcoin dkk sempat mengalami lonjakan setelah tersiar kabar bahwa pemerintah AS akan turut andil dalam pemulihan sektor perbankan di negeri Paman Sam.

Ditambah lagi, jatuhnya Silicon Valley Bank juga menimbulkan prediksi bahwa The Federal Reserve (The Fed) akan mengerem pengetatan kebijakan moneternya.

Namun, Bitcoin dkk kembali ambruk setelah Credit Suisse Bank selaku bank terbesar kedua di Swiss rupanya turut mengalami krisis likuiditas seperti halnya Silicon Valley Bank yang mengumumkan hal serupa sebelum akhirnya bangkrut.

Analis PT Sinarmas Futures Ariston Tjendra mengatakan, hal ini pun menumbuhkan kekhawatiran di antara pelaku pasar akan potensi krisis perbankan di skala global sehingga aset berisiko pun menjadi kurang menarik.

Dampaknya, dolar AS sebagai aset safe-haven pun mengalami penguatan, dan secara historis, penguatan dolar AS biasanya diikuti dengan pelemahan aset berisiko, termasuk kripto.

Untuk diketahui, setelah runtuhnya Silicon Valley, California, dan Signature Bank di AS, saham Credit Suisse merosot hingga lebih dari 20%.

Credit Suisse sendiri adalah bank terbesar kedua di Swiss dan memiliki pengaruh besar kepada pasar modal dunia.