Iskander.jpg
Dunia

Krisis Rudal Kembali Melanda Eropa

  • Tidak seperti Gorbachev, yang berperan penting dalam keberhasilan perjanjian INF, Putin cenderung tidak akan membuat konsesi.

Dunia

Amirudin Zuhri

JAKARTA- Rusia mengancam menyebarkan rudal ofensif dalam jarak serang Eropa Barat jika Amerika Serikat menepati janjinya untuk menyebarkan kemampuan serupa di Jerman pada tahun 2026. Jerman di sisi lain tetap tidak akan mundur dari rencana tersebut.

Presiden Rusia Vladimir Putin saat menghadiri perayaan Hari Angkatan Laut Rusia pada Minggu 28 Juli 2024 mengatakan, negaranya akan mengambil langkah-langkah cermin untuk menyebarkan senjata-senjata ini. Dan mereka sangat mungkin dapat membawa hulu ledak nuklir. Langkah ini diambil dengan mempertimbangkan tindakan Amerika Serikat, satelit-satelitnya di Eropa dan di wilayah-wilayah lain di dunia.

Putin menunjukkan ancaman yang dirasakan Rusia akibat rencana Amerika untuk menyebarkan rudal jarak menengah ke Jerman pada tahun 2026. Dia mengatakan waktu tempuh rudal semacam itu, ke target di Rusia akan memakan waktu sekitar 10 menit.

Gedung Putih pada 10 Juli mengatakan mereka berencana untuk memulai pengerahan episodik rudal konvensional ke Jerman pada tahun 2026. Pernyataan itu menambahkan bahwa unit tembakan jarak jauh konvensional ini akan mencakup SM-6, Tomahawk, dan senjata hipersonik yang sedang dikembangkan. Mereka  memiliki jangkauan yang jauh lebih jauh daripada rudal berbasis darat yang saat ini ada di Eropa.

Masih belum jelas rudal mana yang akan digunakan atau dikerahkan Moskow.  Peneliti senior di Pusat Perlucutan Senjata dan Nonproliferasi Wina yang meneliti rudal Rusia dan pengendalian senjata Nikolai Sokov mengatakan peluncuran Kalibr melalui darat adalah pilihan yang jelas. “Kalibr berbasis darat akan mudah dikembangkan dan diuji pada tahun 2026,” katanya dikutip Defense News Rabu 31 Juli 2024.  Dia menambahkan Peningkatan jangkauan Iskander atau bahkan menghidupkan kembali proyek Rubezh yang dihentikan produksinya juga mungkin menjadi pertimbangan.

Rudal Iskander sudah ditempatkan di Kaliningrad dan Belarus. Sementara sistem jarak jauh dapat ditempatkan lebih dalam di wilayah Rusia sehingga meningkatkan waktu peringatan dini di kedua sisi.

Sementara Michael Duitsman, peneliti  di Pusat Studi Nonproliferasi James Martin yang berpusat di California mengatakan rudal jelajah 9M729 juga bisa menjadi pilihan. Amerika meyakini Rusia mulai mengoperasikan rudal ini pada tahun 2010-an. 

Putin dalam pidatonya pada hari Minggu secara eksplisit juga menyebutkan pasukan pesisir. Ini mencakup pasukan artileri pesisir. Militer Rusia telah menggunakan dua sistem ini yakni Bal dan Bastion, untuk menyerang target darat di Ukraina.  Menurut Duitsman keduanya dapat ditingkatkan dalam hal jangkauan.  Dengan rudal Oniks-M yang ditembakan Bastion dan bermarkas di Kaliningrad,  secara hipotetis dapat menyerang seluruh Polandia.

Uni Soviet dan Amerika pada tahun 1987 menandatangani Perjanjian Senjata Nuklir Jarak Menengah, yang melarang seluruh kelas senjata ini dengan jangkauan 500 hingga 5.500 kilometer. Ini menempatkannya kira-kira di antara jangkauan rudal balistik jarak menengah (MRBM) dan rudal balistik antarbenua (ICBM).

Pada tahun 1991, kedua negara telah menghancurkan seluruh persediaan mereka  total gabungan 2.692 rudal. Pemerintahan Trump menarik diri dari perjanjian tersebut pada awal tahun 2019, dengan tuduhan pelanggaran berulang oleh Rusia. Sebagai tanggapan, Rusia juga menangguhkan partisipasinya.

Dalam pidatonya hari Minggu, Putin mengatakan bahwa jika Amerika menindaklanjuti rencana penyebaran rudalnya, Rusia akan menganggap mereka terbebas dari moratorium sepihak atas pengembangan senjata serang jarak menengah dan pendek.  Pembuatan sistem semacam itu, katanya, berada dalam tahap akhir.

Jerman Tidak Mundur

Menanggapi ancaman tersebut Jerman yang akan menjadi tuan rumah rudal Amerika menegaskan tidak akan mundur. Pemerintah Jerman mengatakan telah mencatat komentar Putin. Namun mereka terkesan menyepelekan ancaman tersebut.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Jerman Sebastian Fischer pada Senin mengatakan Jerman tidak akan membiarkan diri mereka terintimidasi oleh komentar seperti itu. Sedangkan Wakil juru bicara pemerintah, Christiane Hoffmann  juga hanya mengatakan memperhatikan komentar dari Putin. 

Dia menegaskan bahwa penempatan rudal di jerman akan berfungsi sebagai pencegah. Dan hal itu telah menjadi perlu karena tindakan Rusia baru-baru ini. Rusia disebut telah mengubah keseimbangan strategis di Eropa dan mengancam Eropa dan Jerman dengan rudal jelajah. Jerman tidak akan diam saja diancam semacam itu, Hingga mereka harus membangun pencegah.

Sebelum Putin menyampaikan ancaman terbarunya, Kanselir Jerman Olaf Scholz juga mengatakan tidak akan menghentikan rencana tersebut. Satu-satunya cara Jerman akan membatalkannya adalah jika Rusia keluar dari Ukraina.

Melihat situasi ini Nikolai Sokov menyebut Eropa telah memasuki krisis rudal baru. Dia menambahkan, tidak seperti Gorbachev, yang berperan penting dalam keberhasilan perjanjian INF, Putin cenderung tidak akan membuat konsesi.  Kebuntuan lebih mungkin terjadi. Dan  kesepakatan lebih kecil kemungkinannya dibandingkan dengan yang terjadi pada tahun 1980-an.