Kronologi Batalnya Investasi Tesla di Indonesia
- Tesla mengklaim perusahaannya memiliki visi menggunakan energi bersih dan berkelanjutan dalam seluruh operasionalnya. Sayangnya, kawasan industri di Indonesia masih mengandalkan energi fosil, yang tidak sejalan dengan standar Tesla.
Transportasi dan Logistik
JAKARTA – Tesla sudah bisa dipastikan batal melanjutkan rencana investasinya di Indonesia. Keputusan ini dikonfirmasi oleh Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Rosan Roeslani. Menurut Rosan alasan pembatalan ini adalah penggunaan energi fosil yang masih dominan di kawasan industri Indonesia.
Tesla mengklaim perusahaannya memiliki visi menggunakan energi bersih dan berkelanjutan dalam seluruh operasionalnya. Sayangnya, kawasan industri di Indonesia masih mengandalkan energi fosil, yang tidak sejalan dengan standar Tesla.
Rosan juga menambahkan Indonesia masih tertinggal dalam hal penyediaan infrastruktur energi bersih, khususnya di kawasan-kawasan industri. Keterlambatan ini menjadi salah satu faktor utama yang membuat Tesla lebih memilih negara lain, seperti Vietnam, yang sudah lebih maju dalam menyediakan energi bersih untuk mendukung operasi industri.
"Salah satu yang (menyebabkan) mereka mengalihkan investasinya bukan ke kita karena mereka bilang sebagai produsen EV tentunya semuanya ingin bersih menurut istilah mereka, tetapi kalau mereka masuk ke kawasan industri di kita, namun energinya masih dari energi berbasis fosil seperti batu bara, maka tidak selaras dengan visinya mereka," papar Rosan di depan anggota dewan dalam rapat kerja bersama Komisi VI DPR RI, di Jakarta, Selasa 3 September 2024.
Di sisi lain Vietnam yang telah mengambil langkah signifikan dalam menerapkan energi bersih di kawasan industri mereka, 62% dari kawasan industri di negara tersebut sudah memanfaatkan sumber energi seperti hidro, tenaga surya, dan angin.
Langkah ini sejalan dengan tuntutan pasar global untuk mengurangi jejak emisi karbon dan mengadopsi praktik industri yang lebih ramah lingkungan. Penggunaan energi bersih tidak hanya membantu Vietnam memenuhi komitmen internasionalnya terhadap keberlanjutan, tetapi juga meningkatkan daya tariknya sebagai destinasi investasi bagi perusahaan global yang semakin menuntut standar keberlanjutan dalam rantai pasok mereka.
- Pinjaman dari Fintech P2P Lending Terus Menyusut, Inilah Penyebabnya
- Gelombang PHK dan Nasib Buruh Media Indonesia
- Apa Itu Paylater? Simak Jenis-jenisnya
Seberapa Besar Dampaknya Untuk Indonesia
Pembatalan investasi Tesla ini menjadi pukulan bagi Indonesia, yang selama ini berupaya keras menarik minat investasi asing dalam sektor kendaraan listrik. Pemerintah telah menetapkan target ambisius untuk menjadi pusat produksi kendaraan listrik di Asia Tenggara, namun tantangan penyediaan energi bersih harus segera diatasi agar bisa bersaing dengan negara-negara lain.
Presiden Jokowi menegaskan bahwa Indonesia tidak bergantung pada satu atau dua merek tertentu untuk mengembangkan industri kendaraan listrik, menurut Jokowi sejumlah pabrikan terkemuka, seperti Hyundai, Wuling, BYD, VinFast, dan Chery, telah menanamkan investasi mereka di Indonesia, sehingga turut memperkuat posisi Indonesia sebagai hub utama dalam ekosistem kendaraan listrik global.
Selain itu, investasi dalam pabrik baterai listrik di Karawang juga menjadi komitmen Indonesia untuk menjadi pemain penting dalam rantai pasokan kendaraan listrik, dari produksi hingga distribusi. Menurut Jokowi, strategi ini menjadi visi jangka panjang pemerintah untuk menciptakan industri otomotif yang berkelanjutan dan kompetitif secara global.
- Pinjaman dari Fintech P2P Lending Terus Menyusut, Inilah Penyebabnya
- Gelombang PHK dan Nasib Buruh Media Indonesia
- Apa Itu Paylater? Simak Jenis-jenisnya
Tesla Gencar Bangun Pabrik di Luar China
Ketegangan antara Amerika Serikat dan China telah mendorong Tesla untuk mencari alternatif lokasi produksi di negara-negara seperti Vietnam, Malaysia, dan Thailand, yang memiliki hubungan lebih stabil dengan AS.
Perang dagang antara AS dan China telah menyebabkan produk Tesla yang diproduksi di China terkena beban pajak yang sangat tinggi saat diekspor ke AS, sehingga harga jualnya menjadi tidak kompetitif di pasar internasional.
Untuk menghindari dampak negatif dari tarif yang diberlakukan dalam konflik ini, Tesla berusaha mengalihkan sebagian produksinya ke negara-negara yang tidak terlibat dalam konflik tersebut.
Langkah ini bertujuan untuk menjaga daya saing harga produk Tesla di pasar global, serta mengamankan rantai pasokan dan mengurangi risiko yang muncul dari ketegangan geopolitik.
Dengan memindahkan sebagian operasinya ke negara-negara Asia Tenggara, Tesla juga bisa memanfaatkan tenaga kerja yang lebih murah serta insentif investasi yang ditawarkan oleh pemerintah setempat, sekaligus memperluas jangkauan pasar di kawasan ini.
“Memang dengan adanya ketegangan antara Amerika Serikat dan China, kalau kita lihat kita ini salah satu penikmat, tapi belum yang besar, masih ada Vietnam, Malaysia, Thailand yang lebih banyak menikmati perpindahan investor ke negara-negara tersebut.” pungkas Rosan.