Screenshot_1_AMAZON.png
Dunia

KTT Amazon Serukan Negara Kaya Bayar Konservasi Hutan

  • Negara-negara hutan hujan Amazon keluar dari pertemuan pekan ini dengan posisi yang lebih kuat untuk menghadapi pembicaraan iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mendatang.

Dunia

Distika Safara Setianda

JAKARTA - Negara-negara hutan hujan Amazon keluar dari pertemuan pekan ini dengan posisi yang lebih kuat untuk menghadapi pembicaraan iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mendatang. Hal itu meski kesepakatan akhir pertemuan tersebut dianggap kurang inspiratif menurut kelompok-kelompok lingkungan.

Dilansir dari Reuters, Jumat,11 Agustus 2023, negara-negara di wilayah Amazon mengecewakan harapan untuk mencapai target bersama tahun 2030 untuk menghilangkan pembabatan Hutan Amazon.

Hal ini karena perjanjian mereka tidak memiliki rencana khusus untuk mengatasi penambangan emas ilegal atau ketentuan untuk menghentikan pengeboran minyak di wilayah tersebut. Namun negara-negara Amazon bersatu dalam tuntutan agar negara-negara kaya membayar untuk konservasi hutan. 

Selain itu negara kaya didesak mengakui tanggung jawab bersejarah atas perubahan iklim. Sebagai informasi, negara Amazon mencakup Bolivia, Brasil, Ekuador, Peru, Kolombia, Venezuela, Suriname dan Guyana.

Seruan yang juga diikuti oleh rekan-rekan sesama hutan hujan lainnya, termasuk Indonesia, Republik Kongo, Republik Demokratik Kongo, dan lainnya dalam kesepakatan kedua pada Rabu 9 Agustus 2023 waktu setempat.

“Bukan Brasil yang membutuhkan uang. Bukan Kolombia yang membutuhkan uang. Bukan Venezuela. Yang membutuhkan adalah alam yang tercemar oleh perkembangan industri selama lebih dari 200 tahun,” kata Presiden Brasil, Luiz Inacio Lula da Silva, kepada wartawan pada penutupan pertemuan/KTT tersebut.

“Jadi, (negara-negara maju) sekarang perlu membayar bagian mereka untuk memulihkan sebagian dari apa yang mereka hancurkan.” Lula akan menyampaikan pesan tersebut dalam KTT G20, Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa, dan KTT iklim COP28 PBB.

Institut Penelitian Lingkungan Amazon Brasil (Ipam), yang merupakan organisasi nirlaba, mengatakan deklarasi tersebut kurang karena tidak menyertakan target kuat untuk mengakhiri deforestasi. Namun deklarasi dinilai masih penting untuk menunjukkan kesatuan di antara negara-negara hutan hujan. “Persatuan memberikan kekuatan dalam negosiasi,” kata André Guimarães, Direktur Eksekutif Ipam.

Marcio Astrini, kepala Climate Observatory, menyebut deklarasi tersebut sangat lemah. Namun, ia juga memberikan apresiasi terhadap simbolisme dari delapan negara Amazon yang kali pertama bertemu bersama selama 14 tahun dan bersuara bersama dengan hutan hujan utama dunia lainnya.

Menurut Astrini, Lula meninggalkan pertemuan tersebut dengan suara yang lebih kuat untuk blok ini. Meskipun ia tidak berhasil meyakinkan Bolivia dan Venezuela untuk menyamai komitmen Brasil dalam mengakhiri pembabatan hutan pada tahun 2030, upaya publiknya memberikan sinyal yang kuat kepada negara-negara kaya untuk memberikan kontribusi keuangan.