KTT BRICS: China Siap Dukung Industrialisasi Afrika
- Pemimpin China Xi Jinping mengatakan kepada para pemimpin Afrika bahwa China akan memulai inisiatif untuk mendukung industrialisasi dan modernisasi pertanian di benua tersebut.
Dunia
JAKARTA - Pemimpin China Xi Jinping mengatakan kepada para pemimpin Afrika bahwa China akan memulai inisiatif untuk mendukung industrialisasi dan modernisasi pertanian di benua tersebut.
Hal itu disampaikannya di sela KTT BRICS di Johannesburg, Afrika Selatan, Kamis 24 Agustus 2023. “China akan lebih baik memanfaatkan sumber dayanya untuk kerja sama dengan Afrika dan inisiatif bisnis untuk mendukung Afrika dalam mengembangkan sektor manufaktur dan mewujudkan industrialisasi serta diversifikasi ekonomi,” ujar Xi dikutip dari Reuters, Jumat 25 Agustus 2023.
Janji Xi ini diungkapkan saat KTT BRICS berakhir, dalam pertemuan dengan para pemimpin dan menteri dari Uni Afrika serta 11 negara Afrika, termasuk Libya, Nigeria, Senegal, dan Zambia.
- 6 Negara Jadi Anggota Baru BRICS
- Bak Belut, Waskita Kembali Lolos dari Gugatan PKPU
- Prakiraan Cuaca Besok dan Hari Ini 25 Agustus 2023 untuk Wilayah DKI Jakarta
Anggota BRICS (Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan) pada hari Kamis sepakat mengakui enam negara baru, termasuk Mesir dan Etiopia. Diplomat China untuk Afrika Wu Peng mengatakan negara-negara Afrika ingin China mengalihkan fokusnya dari membangun infrastruktur di benua tersebut ke industrialisasi lokal.
Kantor berita resmi China Xinhua menyatakan negara tersebut akan memperluas skala ekspor produk pertanian Afrika ke China dan bertujuan untuk membantu Afrika mencapai swasembada pangan.
Beberapa analis mencatat pendanaan China untuk infrastruktur sudah mengalami penurunan. “Jika para pemimpin Afrika melobi China untuk mengurangi pembiayaan proyek infrastruktur, mereka sedang menekan pintu yang terbuka lebar,” ujar Brad Parks, kepala AidData, sebuah laboratorium riset di Universitas William & Mary di Amerika Serikat yang melacak pinjaman dan hibah dari China di luar negeri.
“Pada tahun 2009, China mengeluarkan hibah dan pinjaman senilai US$88 miliar untuk mendukung proyek-proyek infrastruktur di Afrika. Namun, pada tahun 2021, komitmen hibah dan pinjaman untuk proyek-proyek infrastruktur di Afrika hanya mencapai US$24 miliar,” kata Parks.
David Monyae, direktur Pusat Studi China-Afrika Universitas Johannesburg, mengatakan dengan kelebihan kapasitas di China, wajar bagi perusahaan-perusahaan untuk memindahkan pabrik ke Afrika.
Dia menyebut banyak perusahaan yang sudah beroperasi dengan baik di kawasan industri Etiopia dan Kenya. “Mereka bergerak cepat, mereka siap, mereka memiliki modal dan keterampilan. Mereka adalah pelaku penggerak pertama,” katanya.