Presiden Joko Widodo
Nasional

KTT G20 Usai, Euforia Kendaraan Listrik Tak Boleh Selesai

  • Sebagaimana terlihat di banyak pemberitaan, eforia pengembangan kendaraaan listrik sangat marak selama masa Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20.

Nasional

Ananda Astri Dianka

JAKARTA – Sebagaimana terlihat di banyak pemberitaan, euforia pengembangan kendaraaan listrik sangat marak selama masa Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20. 

Berbagai upaya dilakukan pemerintah dalam upaya menunjukkan kinerja kendaraan listrik yang dianggap sebagai transportasi masa depan. Mulai dari touring kendaraan listrik Jakarta – Bali hingga koloborasi riset antara BUMN dengan Perguruan Tinggi. 

"Upaya ini jangan berhenti sampai KTT G20," kata pengamat transportasi Djoko Setijowarno dalam pesan singkat, Senin 21 November 2022. 

Menurutnya saat ini, kendaraan listrik untuk perjalanan jarak jauh masih terkendala. Kendalanya adalah masih terbatasnya penyedian insfrastruktur SPKLU (Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum). 

Djoko menilai kendaraan listrik untuk sementara waktu hanya bisa untuk mobilitas perkotaan, itupun harus sudah siap dulu penyediaan SPKLU di sejumlah tempat yang strategis. 

Bercermin dari Program penggunaan Bahan Bakar Gas (BBG) yang gagal karena minimnya SPBG (Stasiun Pengisian Bahan Bakar Gas). 

"Hal yang sama jangan sampai terulang kembali jika menganggap kendaraan listrik akan menjadi sarana transportasi di masa depan," lanjut Djoko. 

Sebagai informasi, pada saat KTT G20, pemerintah menyiapkan 30 bus listrik berukuran sedang dan 1 bus listrik berukuran besar buatan PT INKA dengan operator Perum Damri yang bertugas mengantar para delegasi tamu negara, panitia dan pekerja untuk menuju tempat pertemuan serta tempat menginap mereka di kawasan Nusa Dua. 

Sementara TNI mengerahkan 252 unit kendaraan listrik berbasis baterai untuk mengawal para tamu negara partisipan KTT G20. Mobil listrik untuk pengawalan sebanyak 42 unit dengan merk Hyundai, sedangkan sepeda motor listrik untuk pengawalan sebanyak 126 unit dan sepeda motor listrik untuk penyelamatan sebanyak 84 unit.

Agar hemat BBM

Pada Mei 2022, Kementerian Keuangan menambah anggaran subsidi dan kompensasi energi tahun ini sebanyak Rp349,9 triliun. Dengan tambahan ini, anggaran subsidi dan kompensasi energi 2022 menjadi Rp502,4 triliun. 

Laporan dari Kementerian Keuangan menunjukkan BBM bersubsidi di Indonesia rata-rata lebih dari 80% dinikmati oleh golongan masyarakat ekonomi menengah ke atas. Setidaknya dari dua jenis BBM bersubsidi, yakni solar dan pertalite ternyata yang dinikmati oleh masyarakat tidak mampu relatif minim, yakni rata-rata kurang dari 20%. 

Komposisi konsumsi bahan bakar minyak (BBM) di Indonesia terbesar untuk transportasi, yakni 79,14%. Berikutnya industri 12,62%, komersial 1,48%, rumah tangga 0,74% dan lainnya 6,03%. 

Jika mengacu angka subsidi BBM Rp502,4 triliun, maka subsidi di sektor transportasi Rp397 triliun.
Sementara, Kementerian ESDM mencatat komposisi pengguna BBM subdidi sebanyak 93% dinikmati kendaraan pribadi (mobil 53% dan sepeda motor 40%), 4% mobil barang, dan 3% transportasi umum.