<p>Ilustrasi penyaluran kredit perbankan saat pandemi / Pixabay</p>
Perbankan

Kualitas Aset jadi Perhatian Utama Perbankan di Tengah Potensi Peningkatan Kredit Jelang Pemilu

  • Permintaan kredit diperkirakan bakal meningkat jelang semester II-2023 dan periode pra-pemilu yang ditunjang oleh sejumlah sentimen positif inflasi yang terkendali, suku bunga yang stabil, dan likuiditas yang cukup.

Perbankan

Drean Muhyil Ihsan

JAKARTA – Permintaan kredit diperkirakan bakal meningkat jelang semester II-2023 dan periode pra-pemilu yang ditunjang oleh sejumlah sentimen positif inflasi yang terkendali, suku bunga yang stabil, dan likuiditas yang cukup.

Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia Handiman Soetoyo menilai ketiga alasan ini akan mendukung pertumbuhan kredit perbankan dalam waktu dekat. Pada sisi lain, kualitas aset akan menjadi perhatian terbesar saat ini, terutama bagi bank-bank BUMN. 

“Kami mempertahankan rating overweight pada sektor perbankan meskipun dengan lebih hati-hati karena risiko yang muncul,” ujarnya saat dihubungi, Kamis, 15 Juni 2023.

Melansir laporan kebijakan moneter Bank Indonesia (BI), pertumbuhan kredit melambat 8,1% year-on-year (yoy) pada April 2023. Sejatinya hal ini terjadi karena adanya lonjakan hebat harga komoditas, terutama batu bara pada periode yang sama tahun lalu.

“Akibatnya terjadi peningkatan permintaan kredit yang signifikan pada sektor pertambangan tahun lalu,” kata Handiman.

Kinerja Sektor Perbankan

Menurutnya, relaksasi pembatasan aktivitas publik pada kuartal I-2023 serta aktivitas mudik Idulfitri pertama setelah pandemi juga mendorong permintaan kredit di semua sektor, sehingga menciptakan basis yang cukup tinggi pada April 2023.

Sementara, NPL bruto meningkat menjadi 2,53% pada Mei 2023 dibandingkan bulan sebelumnya 2,49%. “Kondisi ini kami yakini sebagian didorong oleh berakhirnya kebijakan relaksasi restrukturisasi pinjaman OJK dan pertumbuhan kredit yang lambat,” tambah Handiman.

Masih periode yang sama, pertumbuhan total simpanan juga mengalami pelambatan menjadi 6,8% yoy, mencapai Rp7.747 triliun. Sedangkan LDR sedikit membaik menjadi 80,8% karena pertumbuhan kredit masih di atas pertumbuhan simpanan.