<p>Ilustrasi pertambangan nikel milik PT Vale Indonesia Tbk (INCO) / Vale.com</p>
Industri

Kuartal I-2020, Produksi Nikel Vale Indonesia Turun Jadi 15.198 MT

  • Produksi nikel dari emiten logam dan mineral PT Vale Indonesia Tbk (INCO) menurun 13,7% secara tahunan atau year-on-year (yoy) menjadi 15.198 Metrik Ton (MT) pada kuartal I tahun ini.

Industri

Aprilia Ciptaning

JAKARTA – Produksi nikel dari emiten logam dan mineral PT Vale Indonesia Tbk (INCO) menurun 13,7% secara tahunan atau year-on-year (yoy) menjadi 15.198 Metrik Ton (MT) pada kuartal I tahun ini.

Diketahui, pada periode yang sama 2020 produksi nikel yang tercatat mencapai 17.614 MT.

Penurunan ini juga terjadi apabila dibandingkan secara kuartalan. Pada periode akhir alias kuartal IV-2020, produksinya masih lebih tinggi, yakni 16.445 MT.

Presiden Direktur INCO Nico Kanter dalam keterangan tertulis yang diterima TrenAsia.com, Selasa, 20 April 2021 mengatakan, penurunan ini disebabkan oleh aktivitas pemeliharaan.

“Produksi pada periode ini masing-masing sekitar 8% dan 14% lebih rendah dibandingkan pada kuartal satu dan kuartal empat 2020 karena adanya aktivitas pemeliharaan,” kata Nico.

Meskipun demikian, ia tetap mengapresiasi capaian tersebut sebagai upaya mempertahankan operasional di masa pandemi.

“Kami bersyukur, pencapaian ini merupakan hasil kerja keras seluruh karyawan perseroan,” tambahnya.

Adapun pada tahun ini, target produksi nikel yang dipatok INCO kurang lebih 64.000 ton dengan strategi membangun kembali salah satu tanur listrik.

Bukukan Kenaikan Laba Sepanjang 2020

Sebagai informasi, sepanjang 2020 perseroan berhasil meraup laba bersih yang dapat diatribusikan kepada entitas induk senilai US$82,8 juta setara Rp1,16 triliun (kurs Rp14.044 per dolar Amerika Serikat). Perolehan laba tersebut melejit 44,2% dari tahun sebelumnya US$57,9 juta.

Pada periode tersebut, EBITDA (Earnings Before Interest, Taxes, Depreciation, and Amortization) perseroan tercatat US$273 juta. Capaian itu terutama didorong oleh produksi dan pengiriman nikel yang lebih tinggi.

Dalam laporan keuangan emiten bersandi saham INCO yang dirilis di BEI, tercatat pendapatan perseroan mencapai US$764,74 juta setara Rp10,74 triliun. Jumlah itu turun tipis 2,2% dari periode tahun sebelumnya US$782,01 juta.

Saat bersamaan, beban pokok pendapatan berhasil ditekan 3,6% dari US$664,3 juta menjadi US$640,3 juta pada 2020. Sehingga, laba kotor naik 5,6% menjadi US$124,3 juta.

Perolehan laba usaha INCO yang naik 16% menjadi US$103,8 juta, rupanya ikut mempengaruhi laba tahun berjalan yang melejit sebesar US$82,8 juta. Sebab, pada 2019 laba tahun berjalan perseroan sebesar US$57,4 juta.

Per akhir Desember 2020, total liabilitas INCO mencapai US$294,2 juta dengan ekuitas US$2,02 miliar. Total aset INCO hingga akhir 2020 mencapai US$2,3 miliar. (RCS)