<p>PT Bank BRI Syariah Tbk (BRIS), PT Bank Syariah Mandiri (BSM) dan PT Bank BNI Syariah (BNIS) telah mempublikasikan Ringkasan Rancangan Penggabungan Usaha (merger) / Dok. Kementerian BUMN</p>
Industri

Wih! 2021 Indonesia Bakal Punya Bank Syariah Beraset Rp245,7 Triliun

  • JAKARTA – Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) tengah menggodok rencana untuk memasukkan Unit Usaha Syariah (UUS) PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk alias BTN Syariah ke merger tiga bank syariah pelat merah. Namun, proses ini kemungkinan bakal dilakukan pada kuartal III-2021. Wakil Menteri BUMN II Kartika Wirjoatmodjo mengatakan, pihaknya akan melihat terlebih dahulu kinerja […]

Industri

Aprilia Ciptaning

JAKARTA – Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) tengah menggodok rencana untuk memasukkan Unit Usaha Syariah (UUS) PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk alias BTN Syariah ke merger tiga bank syariah pelat merah.

Namun, proses ini kemungkinan bakal dilakukan pada kuartal III-2021. Wakil Menteri BUMN II Kartika Wirjoatmodjo mengatakan, pihaknya akan melihat terlebih dahulu kinerja bank hasil merger mulai Februari hingga pertengahan tahun depan.

“Kami selesaikan dulu mergernya, mungkin bergabungnya UUS baru di triwulan III tahun depan,” ujarnya di Jakarta, Kamis, 10 Desember 2020.

Seperti diketahui, Februari 2021 adalah target pemerintah menyelesaikan aksi penggabungan. Ketiga bank yang akan dimerger, yakni PT Bank BRISyariah Tbk, PT Bank BNI Syariah, dan PT Bank Syariah Mandiri.

Sementara itu, alasan sebelumnya BTN Syariah tidak ikut dimerger karena bank ini masih berstatus UUS. Hal ini diungkapkan sendiri oleh Direktur Utama Bank BTN Pahala N. Mansury beberapa waktu lalu.

“Saat ini kami belum ikut dalam proses merger. Namun, BTN akan mengikuti arahan dari Kementerian BUMN,” ucap dia.

Meskipun demikian, mekanisme merger dari rencana terbaru ini juga belum diungkapkan secara detail. Di sisi lain, entitas UUS BTN juga masih menjadi satu dengan BTN alias belum spin off.

Total Aset Raksasa

Sebelumnya, Menteri BUMN Erick Thohir menilai, rencana merger bank syariah otomatis akan meningkatkan jumlah aset perbankan syariah. Menurutnya, modal paling efektif untuk mengembangkan bank syariah adalah konsolidasi.

Dalam laporan keuangan perseroan per semester I-2020, dari ketiga BUS Himbara, aset terbesar dimiliki oleh Mandiri Syariah, kemudian diikuti oleh BNI Syariah dan BRI Syariah.

Per enam bulan pertama 2020, Mandiri Syariah membukukan aset senilai Rp114,34 triliun, naik 13,26% year-on-year (yoy) dari Juni 2019 yang sebesar Rp101,01 triliun. Perseroan juga membukukan laba bersih sebesar Rp719 miliar, naik 30,53% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu Rp551 miliar.

Pada periode ini, dana pihak ketiga (DPK) yang dihimpun Mandiri Syariah tumbuh 16,52% dari Rp87,36 triliun menjadi Rp101,78 triliun. Di samping itu, pembiayaan juga tumbuh Rp75,61 triliun, naik 5,8% dibandingkan dengan Juni 2019 sebesar Rp71,47 triliun.

Sementara itu, BNI Syariah membukukan aset pada semester I-2020 senilai Rp50,76 triliun, tumbuh 19,46% yoy. Namun, laba bersih perseroan turun 15,43% menjadi Rp266,64 miliar. Pada periode yang sama tahun lalu, bank ini mampu menghasilkan laba bersih Rp315,27 miliar.

Sama halnya dengan laba, pembiayaan BNI Syariah juga turun 1,07% yoy dari 31,66 triliun per Juni 2019, menjadi Rp31,33 triliun pada semester I 2020. Namun, DPK masih meningkat cukup tinggi 20,15% yoy dari Rp36,32 triliun per Juni 2019 menjadi Rp43,64 triliun per Juni 2020.

Kemudian, BRI Syariah melaporkan peningkatan kinerja pada semester I-2020. Aset perseroan naik 14,97% yoy menjadi Rp49,6 triliun dibandingkan Rp43,1 triliun pada periode yang sama tahun lalu. Selain itu, laba bersih juga tumbuh pesat 229,67% yoy dari Rp35,6 miliar per Juni 2019, menjadi Rp117,2 miliar per Juni 2020.

Pembiayaan yang telah disalurkan BRI Syariah sebesar Rp37,4 triliun, naik 36,69% dibandingkan periode yang sama tahun lalu Rp27,4 triliun. Untuk DPK, bank ini menghimpun sebesar Rp41,1 triliun atau naik 20,35% yoy dibandingkan periode yang sama tahun lalu Rp34,1 triliun.

Selanjutnya, UUS BTN Syariah pada paruh pertama tahun ini berhasil membukukan aset sebesar Rp31,09 triliun atau tumbuh 6,56% yoy dibandingkan dengan semester I-2019 sebesar Rp29,18 triliun. Laba bersih perseroan Rp100,33 miliar pada periode ini.

Sementara itu, BTN Syariah juga mencatatkan perolehan DPK sebesar Rp20,8 triliun per semester I 2020. Perolehan laba bersih tersebut ditopang oleh pertumbuhan pembiayaan syariah sebesar Rp23,88 triliun per Juni 2020.

Apabila ketiga BUS tersebut melakukan merger, maka total aset perbankan syariah milik Himbara akan menjadi Rp214,7 triliun. Sementara itu, jika digabungkan dengan UUS BTN, total aset menjadi Rp245,79 triliun.