<p>Prosuksi HMSP/Tangkapan layar YouTube HMSP</p>
Korporasi

Kuasai 28,8 Persen Pasar, HMSP Tetap Pimpin Penjualan Rokok

  • PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk (HMSP) tercatat sebagai perusahaan rokok yang tetap memimpin pasar dengan pangsa konsumen sebesar 28,8% pada 2020

Korporasi
Aprilia Ciptaning

Aprilia Ciptaning

Author

JAKARTA – PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk (HMSP) tercatat sebagai perusahaan rokok yang tetap memimpin pasar dengan pangsa konsumen sebesar 28,8% pada 2020.

Presiden Direktur Sampoerna Mindaugas Trumpaitis mengungkapkan, sepanjang tahun lalu kinerja perseroan didorong oleh portofolio Sigaret Kretek Tangan (SKT) yang tumbuh sebesar menjadi 7,2%.

“Pertumbuhan ini mencakup merek Dji Sam Soe, Sampoerna Kretek, dan Sampoerna 234 yang diluncurkan pada Maret 2020,” ungkapnya dalam keterangan tertulis yang diterima TrenAsia.com, Kamis, 27 Mei 2021. Dengan demikian, posisi perseroan terhadap segmen SKT di pasar mencapai 37,7%.

Sementara untuk segmen Sigaret Kretek Mesin (SKM) dan Sigaret Putih Mesin (SPM), Mindaugas mengaku penjualan yang tercatat lebih rendah. Produk segmen ini biasanya kerap dibeli oleh golongan menengah-bawah, seperti Dji Sam Soe Magnum Mild, Marlboro Filter Black, dan Sampoerna U.

Adapun untuk merek premium Sampoerna, yakni Sampoerna A mencatat pangsa pasar menjadi 11,8% pada 2020. Mindaugas bilang, keberhasilan ini dipengaruhi oleh inovasi perseroan dalam meluncurkan kemasan pada akhir 2019. Hal yang sama juga terjadi pada merek premium SKM dengan TAR tinggi, seperti Dji Sam Soe Magnum Filter yang naik sebesar 1,9% pada tahun lalu.

Dampak Pandemi

Di sisi lain ia juga menyadari dampak luas dari pandemi terhadap perseroan. Menurutnya, langkah penanggulangan pandemi dan pembatasan sosial telah menciptakan lingkungan pasar yang menantang.

Lebih lanjut, pada 2020 juga terdapat kenaikan tarif Cukai Hasil Tembakau (CHT) secara rata-rata tertimbang sebesar 24% dan kenaikan Harga Jual Eceran (HJE) sebesar 46%.

“Kedua faktor ini berdampak pada penurunan volume Industri Hasil Tembakau (IHT) nasional sebesar 9,7 persen pada tahun 2020,” terangnya.

Alhasil, volume penjualan Sampoerna juga turun sebesar 19,3%. Ini diikuti oleh penurunan pendapatan dan laba bersih perseroan, masing-masing menjadi Rp92,4 triliun dan Rp8,6 triliun.

Meskipun demikian, Mindaugas tetap berkomitmen untuk menyesuaikan bisnis serta mendukung upaya pemulihan ekonomi nasional. Hal ini dilakukan melalui beragam inisiatif untuk karyawan dan mitra usaha, para pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), serta masyarakat luas.

“Dalam kondisi pandemi ini, kami tetap berkomitmen untuk menyesuaikan bisnis sesuai dengan tatanan normal baru dan mendukung pemulihan ekonomi nasional,” kata dia.