<p>Gunung Merapi/BPPTKG</p>
Nasional

Kubah Lava Gunung Merapi Hasil Letusan Tahun 1952 Rontok

  • YOGYAKARTA- Gunung Merapi di perbatasan Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah terus mengalami peningkatan aktivitas. Salah satu gunung teraktif di dunia yang meletus hebat pada 2010 tersebut mengalami guguran tebing lava lama. Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Hanik Humaida melalui keterangan tertulisnya mengatakan guguran tersebut berasal dari tebing atau kubah lava […]

Nasional
Amirudin Zuhri

Amirudin Zuhri

Author

YOGYAKARTA- Gunung Merapi di perbatasan Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah terus mengalami peningkatan aktivitas. Salah satu gunung teraktif di dunia yang meletus hebat pada 2010 tersebut mengalami guguran tebing lava lama.

Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Hanik Humaida melalui keterangan tertulisnya mengatakan guguran tersebut berasal dari tebing atau kubah lava tahun 1954 yang berada di dinding kawah utara. Material jatuh ke dalam kawah dan hingga saat ini tidak berpengaruh pada aktivitas vulkanik Gunung Merapi.

“Guguran seperti ini merupakan kejadian yang biasa terjadi pada saat Gunung Merapi mengalami kenaikan aktivitas menjelang erupsi,” katanya Senin 23 November 2020.

Ia menjelaskan guguran tebing lava lama terpantau dari CCTV pengamatan Gunung Merapi yang dipasang di Deles pada Minggu 22 November 2020 pukul 06.50 WIB. Guguran ini juga tercatat di seismogram dengan amplitudo 75 mm dan durasi 82 detik.

“Masyarakat diimbau untuk tetap tenang dan mematuhi rekomendasi dari BPPTKG serta arahan dari BPBD dan pemerintah daerah setempat,” kata dia.

Merapi dinaikkan statusnya menjadi Siaga sejak 5 November 2020 hingga saat ini aktivitas kegempaan di Gunung Merapi tercatat masih cukup tinggi. Pada November 2010 Merapi meletus hebat yang mengakibatkan lebih dari 350 orang meninggal dunia. Letusan tersebut teracatat menjadi yang terbesar dalam 100 tahun terakhir.

Hanik menjelaskan kegempaan dangkal yang dominan terjadi pada aktivitas Gunung Merapi mengakibatkan ketidakstabilan material lama yang ada di puncak.

Pada periode pengamatan pada 22 November hingga pukul 24.00 WIB terpantau terjadi 50 gempa guguran, 81 kali gempa embusan, 342 kali gempa multifase, 41 kali gempa vulkanik dangkal, dan 1 kali gempa tektonik jauh.

BPPTKG mempertahankan status Gunung Merapi pada Level III atau Siaga. Potensi bahaya akibat erupsi Merapi diperkirakan maksimal dalam radius lima kilometer dari puncak.

Untuk penambangan di alur sungai-sungai yang berhulu di Gunung Merapi dalam kawasan rawan bencana (KRB) III direkomendasikan untuk dihentikan.

BPPTKG meminta pelaku wisata tidak melakukan kegiatan wisata di KRB III, termasuk kegiatan pendakian ke puncak Gunung Merapi.