Kudeta & Unjuk Rasa Picu Investor Asing Hengkang dari Myanmar
JAKARTA – Situasi kudeta militer di Myanmar memunculkan kekhawatiran yang terus meluas bagi para investor asing dari berbagai negara. Pembuat bir Kirin Holdings Co. hingga perusahaan game Razer Inc. menghitung ulang investasinya di Myanmar. Begitu juga dengan perusahaan multinasional, seperti pengembang industri terbesar Thailand, menunda rencana investasinya. Dilansir dari Reuters, Presiden Amerika Serikat Joe Biden […]
Dunia
JAKARTA – Situasi kudeta militer di Myanmar memunculkan kekhawatiran yang terus meluas bagi para investor asing dari berbagai negara.
Pembuat bir Kirin Holdings Co. hingga perusahaan game Razer Inc. menghitung ulang investasinya di Myanmar. Begitu juga dengan perusahaan multinasional, seperti pengembang industri terbesar Thailand, menunda rencana investasinya.
Dilansir dari Reuters, Presiden Amerika Serikat Joe Biden pada Rabu (10/2/2021) menyetujui perintah eksekutif untuk menerapkan sanksi baru bagi pihak yang bertanggungjawab atas kudeta militer di Myanmar.
Biden juga mengulangi tuntutan agar para jenderal menyerahkan kekuasaan dan membebaskan para pemimpin sipil. AS akan memberlakukan pengendalian ekspor yang ketat dan membekukan aset AS yang menguntungkan pemerintahan Myanmar.
Sanksi tersebut berdampak besar bagi bisnis dan mengancam keberadaan investasi asing di Myanmar yang nilainya mencapai US$5,5 miliar. Padahal, dalam beberapa tahun terakhir ini, Myanmar telah menarik banyak investasi luar setelah membukukan pertumbuhan ekonomi dua digit di awal dekade terakhir.
Berbatasan dengan pasar besar India dan China, Myanmar memiliki sumber daya alam yang melimpah, termasuk minyak dan gas, emas, perak, dan batu mulia. Populasinya sekitar 57 juta orang, lebih besar dari Korea Selatan dan tidak jauh dari Italia.
Dari catatan Bloomberg, salah satu kesepakatan asing di Myanmar datang dari CVC Capital Partners. Pada Desember 2020 CVC membeli perusahaan menara telekomunikasi terbesar di Myanmar, Irrawaddy Green Towers Ltd., senilai hampir US$700 juta.
Kesepakatan tersebut merupakan kesepakatan terbesar kedua di Myanmar setelah akuisisi grup Myanmar Distillery oleh satu unit Thai Beverage PCL.
Sebelumnya, pada April 2020, perusahaan kekayaan negara Singapura GIC Pte dan Norfund AS dari Norwegia membeli 30% saham di Yoma Bank Ltd. seharga 131 miliar kyat (setara US$92,1 juta).
Dari sekian banyak negara yang bertaruh investasi di Myanmar, investor asal Singapura tercatat paling besar menanamkan investasinya di Myanmar. Laporan Bank Dunia pada Desember 2020 mencatat, hampir 34% dari investasi yang disetujui di Myanmar berdasarkan nilai dolar adalah Singapura.
Yoma Strategic Holdings Ltd., konglomerat terdaftar di Singapura yang mendulang hampir semua pendapatannya dari Myanmar, anjlok sepertiga tahun ini.
Juru bicara Enterprise Singapore, lembaga pemerintah yang membantu perusahaan untuk bertumbuh di luar negeri, mengatakan Singapura sedang memantau situasi di Myanmar secara cermat.
Taipan Singapura Lim Kaling, anggota dewan perusahaan teknologi Razer Inc., mengumumkan akan menarik diri dari perusahaan patungan rokok dengan Virginia Tobacco Co., produsen terbesar rokok di Myanmar.
Lim memiliki sepertiga saham di RMH Singapore Pte. RMH Singapore sendiri memegang 49% saham di perusahaan patungan dengan Virginia Tobacco yang berdiri sejak 1993. Lim merasa sangat prihatin atas situasi di Myanmar.
“Oleh karena itu, saya sedang menjajaki opsi untuk menarik saham ini secara bertanggungjawab,” katanya dikutip AP.
Sepekan setelah kudeta 1 Februari, produsen bir serta makanan dan minuman dari Jepang, Kirin Holdings, mengumumkan akan mengakhiri usaha patungannya dengan Myanma Economic Holdings PLC., (MEHL) yang berafiliasi dengan militer.
“Mengingat keadaan saat ini, kami tidak memiliki pilihan selain mengakhiri kemitraan usaha patungan kami,” kata pemilik merek San Miguel, Fat Tire, dan Lion itu.
Sementara, pengembang properti Thailand, Amata, mengatakan telah menangguhkan pekerjaan pada sebuah proyek di kota terbesar Myanmar, Yangon.
Selain Kirin dan RMH Singapura, mitra bisnis asing MEHL juga termasuk pembuat baja Korea Selatan Posco International, perusahaan perdagangan Pan-Pacific dan Inno Group serta Wanbao Mining asal China, yang bersama-sama mengoperasikan tambang tembaga di Myanmar.