<p>Ilustrasi Indofood Tower di Sudirman, Jakarta. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia</p>
Korporasi

Kulik Laporan Keuangan 2021: Makin Tajir Saat Pandemi, Triliunan Uang Grup Salim Mengalir ke Dua Bank Ini

  • Di saat banyak perusahaan bangkrut dan jutaan pekerja kehilangan pekerjaan, perusahaan-perusahaan yang terafiliasi dengan Grup Salim justru mencatat penjualan dan untung besar
Korporasi
Amirudin Zuhri

Amirudin Zuhri

Author

JAKARTA- Pandemi COVID-19 justru menjadi berkah bagi Grup Salim. Di saat banyak perusahaan bangkrut dan jutaan pekerja kehilangan pekerjaan, perusahaan-perusahaan yang terafiliasi dengan Grup Salim justru mencatat penjualan dan untung besar. Dana besar senilai triliunan rupiah itu kemudian dialirkan konglomerasi ini ke dua bank yang kini mereka miliki yaitu PT Bank Mega Tbk (MEGA) dan PT Bank Ina Perdana Tbk (BINA)

Sebagai contoh dua perusahaan Salim yang bergerak di bisnis mie instan dan konsumer good yaitu PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) dan PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) menyimpan banyak uangnya di dua bank itu. Sebagai informasi, 80,53% saham ICBP dimiliki langsung oleh INDF. Sementara Grup Salim melalui First Pacific Investment Management Ltd menjadi pemilik 50,07% saham INDF. 

Berdasarkan laporan keuangan INDF dan ICBP tahun 2021 yang terpampang di website Bursa Efek Indonesia (BEI), per 31 Desember tahun lalu, mayoritas dana kas INDF dan ICBP berada di Bank Mega dan Bank INA. Tahun 2021 total dana kas dan setara kas INDF mencapai Rp29,47 triliun, bertambah hingga Rp12,14 triliun dibandingkan tahun 2020 sebesar Rp 17,33 triliun.

Dana kas perseroan itu merupakan konsolidasi dengan ICBP, mengingat kepemilikan Indofood di ICBP mencapai lebih dari 50%. 

Dengan total dana kas INDF sebesar itu, manajemen perusahaan memarkir mayoritas dananya di Bank Mega dan Bank Ina. Total dana di Bank Mega mencapai Rp 11,83 triliun, meningkat tajam daripada simpanan tahun 2020 sebesar Rp4,28 triliun. Jumlah simpanan duo Indofood (INDF dan ICBP)  selama tahun 2021 tersebut setara dengan 11,79% dari nilai dana pihak ketiga (DPK) Bank Mega tahun lalu sebesar Rp98,91 triliun. 

Di Bank INA, sampai akhir tahun 2021 jumlah simpanan INDF tercatat mencapai Rp 4,20 triliun, bertambah dibandingkan tahun 2020 sebesar Rp2,14 triliun. Jumlah simpanan INDF tersebut setara 33,6% dari total DPK Bank INA tahun 2021 sebanyak Rp12,5 triliun.

Besarnya aliran dana Indofood Grup ke Bank Mega sejalan dengan masuknya perusahaan ini sebagai pemegang saham di Bank yang identik dengan konglomerat Chairul Tanjung itu. Laporan terbaru menyebut kepemilikan INDF di Bank Mega sebanyak 503,64 juta lembar saham setara 7,23% dan ICBP menguasai 355,59 juta lembar saham atau 5,11%.

Salim juga masuk di Bank Mega melalui Indolife Pensiontama, perusahaan asuransi jiwa Grup Salim, dengan penguasaan 568,63 juta lembar saham setara 8,17%. Sementara 

Megah Eraraharja, perusahaan pengendali Indoritel Makmur Internasional (DNET) memegang 539,86 juta lembar saham sebanyak atau 7,75%. Total dari 4 gergasi bisnisnya itu, Grup Salim memiliki saham di Bank Mega setara dengan 28,28% saham. 

Kinerja Mentereng

Sepanjang pandemi COVID-19 di tahun 2021, kinerja perusahaan Grup Salim sangat mentereng. ICBP mencatat penjualan neto konsolidasi sebesar Rp 56,80 triliun, tumbuh 22% dibandingkan periode sama tahun sebelumnya Rp 46,64 triliun.

Sementara laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk perseroan di 2021 mencapai Rp 6,39 triliun.

Kinerja moncer ICBP tersebut berdampak besar terhadap performa INDF. Tahun lalu, produsen mie instan seperti Indomie, Super Mie, serta produsen tepung Bogasari dan berbagai produk minyak goreng ini meraih laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 7,64 triliun. Jumlah itu naik 18% year on year (yoy) daripada tahun 2021 senilai Rp 6,46 triliun.

Dari sisi penjualan neto konsolidasi, sepanjang tahun 2021 Indofood mencatat penjualan tertingginya hingga sebesar Rp99,35 triliun. Dari jumlah itu, sekitar 41% atau Rp40,99 triliun berasal dari penjualan mie instan di berbagai negara seperti Indonesia, Asia, Timur Tengah. Penjualan mie instan ini naik hampir Rp9 triliun dibandingkan tahun 2020 Rp 31,96 triliun. 

Apakah lonjakan penjualan mie instan ini terkait dengan memburuknya ekonomi akibat pandemi? Yang jelas, data Kementerian Ketenagakerjaan mencatat, hingga awal Agustus 2021, jumlah korban PHK mencapai 538 ribu pekerja. Sementara jumlah pengangguran menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) per Agustus 2021 mencapai 9,1 juta jiwa.