Ilustrasi Antrean Pengisian Solar Bersubsidi Oleh Pengemudi Truk
Nasional

Kuota Solar Subsidi Jebol Di Tengah Meroketnya Harga Minyak Dunia

  • Kelangkaan ketersediaan pada bahan bakar minyak (BBM) subsidi solar kembali terjadi. Anteran pengisian bahan bakar tersebut terlihat mengular di sejumlah Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) wilayah Jawa dan luar Jawa.

Nasional

Muhammad Farhan Syah

JAKARTA – Kelangkaan ketersediaan pada bahan bakar minyak (BBM) subsidi solar kembali terjadi. Anteran pengisian bahan bakar tersebut terlihat mengular di sejumlah Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) wilayah Jawa dan luar Jawa.

Menanggapi hal tersebut, PT Pertamina Patra Niaga (PPN) sebagai Sub Holding Commercial & Trading PT Pertamina (Persero) yang merupakan satu-satunya distributor produk BBM tersebut menerangkan bahwa hal ini merupakan dampak dari meningkatnya permintaan pada solar subsidi sebesar 10%.

Per Februari 2022, PT PPN menyatakan bahwa secara nasional penyaluran solar subsidi telah melebihi kuota sekitar 10%.

 Sebelumnya, Ginting menyebutkan bahwa stok ketersediaan solar subsidi aman terkendali pada level 20 hari, namun nyatanya kelangkaan BBM tersebut tak terhindarkan saat ini.

Adapun berbagai faktor lainnya turut memengaruhi kelangkaan solar subsidi, tak terkecuali meroketnya harga komodita minyak mentah dunia saat ini yang kembali terjadi seiring dengan berlanjutnya eskalasi peperangan antara Rusia dan Ukraina.

Di pasar berjangka WTI, harga minyak mentah dunia mulai kembali merangkak naik sejak 16 Maret 2022 ditandai dengan terjadinya rebound pada pergerakan harganya. Per hari ini Jum’at 25 Maret 2022, harga minyak mentah berada tinggi pada level US$111,42 per barel pukul 14:40 WIB.

Namun demikian, meningkatnya permintaan oleh konsumen tersebut seharusnya dapat dengan mudah diprediksi oleh perseroan, pengamat pun menduka bahwa ada indikasi PT PPN sengaja mengurangi pasokan BBM tersebut untuk mengurangi tekanan ongkos produksi yang saat ini semakin membengkak.

“Ini semakin menguatkan indikasi bahwa ada strategi Pertamina mengurangi pasokan (solar bersubsidi) untuk menekan kerugian akibat biaya produksi yang semakin membengkak di tengah mahalnya harga minyak dunia,” terang Pengamat Ekonomi dan Energi Universitas Gadjah Mada Fahmy Radhi.

Fahmy pun melanjutkan bahwa jika memang strategi itu benar dilakukan oleh Pertamina, maka hal tersebut merupakan strategi blunder mengingat BBM berjenis solar memiliki pengaruh yang besar terhadap masyarakat dan proses distribusi pada kebutuhan bahan-bahan pokok.

“Pengguna solar subsidi selain Nelayan juga truk pengangkut barang untuk distribusi kebutuhan bahan pokok. Terhambatnya distribusi tersebut berpotensi makin menyulut kenaikan harga-harga kebutuhan pokok, yang sebelumnya sudah mengalami kenaikan signifikan,” terang Fahmy.

Untuk mencegah hal tersebut terjadi, Fahmy meminta agar pemerintah melalui Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas (BPH Migas) terus mengawasi secara ketat penyaluran solar subsidi yang dilakukan olej pertamina sehingga kelangkaan dapat dihentikan dalam waktu dekat ini.