Kurangi Solar Subsidi, PGN dan KAI Uji Dinamis Kereta Api Bahan Bakar LNG
- PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) atau PGN, Subholding Gas Pertamina dan PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI melakukan uji dinamis teknologi LNG sebagai bahan bakar pada satu kereta yang akan dipakai untuk melayani penumpang trayek Jakarta – Surabaya.
Nasional
JAKARTA – PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) atau PGN, Subholding Gas Pertamina dan PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI melakukan uji dinamis teknologi LNG sebagai bahan bakar pada satu kereta yang akan dipakai untuk melayani penumpang trayek Jakarta – Surabaya.
Direktur Strategi dan Pengembangan Bisnis PGN Heru Setiawan mengatakan sebelum dilaksanakannya uji dinamis, telah dilaksanakan uji statis pada kereta pembangkit ketika mesin dalam keadaan diam.
Hasil dari uji statis menunjukkan bahwa adanya efisiensi kinerja mesin yang lebih baik jika dibandingkan dengan penggunaan bahan bakar solar.
“Keberhasilan uji coba statis akan didukung dengan pelaksanaan uji coba dinamis, di mana operasional mesin dites pada kondisi yang sebenarnya. Tujuannya untuk mengkonfirmasi hasil dari uji statis dan menguji ketahanan system DDF di kondisi operasional,” ujar Heru Setiawan yang dikutip dalam keterangan resmi, Kamis, 16 Desember 2021.
- Miliarder Jepang Antar Paket Makanan Pertama di Luar Angkasa dengan Uber Eats
- Cuan Bukan Main! Investor Berkah Beton Sadaya Jual Saham Multibagger BEBS Rp2,04 Triliun
- Rutin Sejak 1955, Bagaimana Asal Usul Misi Norad Melacak Santa Clause?
Uji dinamis merupakan salah satu rangkaian dari pilot project guna mengurangi penggunaan solar bersubsidi.
Sinergi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) pada konversi bahan bakar minyak ke bahan bakar LNG menggunakan sistem Diesel Dual Fuel (DDF), sehingga kereta yang awalnya berbahan bakar solar menjadi beroperasi dengan campuran dua bahan bakar (gas dan solar).
Gas digunakan sebagai bahan bakar utama, sedangkan solar sebagai pemantik api dan membantu dalam lubrikasi serta pendingin ruang bakar.
Manfaat bahan bakar LNG pada kereta api yang akan dirasakan, di antaranya efisiensi biaya bahan bakar, biaya pemeliharaan mesin gas lebih rendah, dan sinergi BUMN.
Selain itu, utilisasi angkutan barang dan potensi pemanfaatan lahan stasiun milik PT KAI untuk pemanfaatan energi ramah lingkungan atau green energy.
"Penggunaan bahan bakar LNG diharapkan bisa merealisasikan efisiensi biaya dan menunjang operasional, serta memberikan manfaat bagi masyarakat pengguna transportasi,” katanya.
Ia berharap hal tersebut bisa berkelanjutan dan masuk ke tahapan implementasi dan bermanfaat bagi kedua belah pihak, serta masyarakat.
PGN dan KAI terus berkoordinasi untuk mendapatkan demand kebutuhan LNG dan skema logistik yang paling efisien di wilayah selatan Jawa.
Rencana kota yang dilayani antara lain Kabupaten Klaten, Kabupaten Karang Anyar, dan D.I Yogyakarta yang dibagi dalam dua tahap.
Saat ini, PGN telah mengidentifikasi empat titik serah dalam pengangkutan LNG ke daerah Pulau Jawa bagian selatan sebagai quick win.
Isotank LNG yang akan dipakai berukuran 20 ft yang bersumber dari Surabaya (Teluk Lamong).
“Kita optimistis dengan menggunakan LNG sebagai bahan bakar KAI ini dapat memberikan benefit bagi KAI dan PGN Group, terutama mendukung pemerintah dalam mengurangi impor BBM,” kata Heru Setiawan.