Ilustrasi industrasi reasuransi.
IKNB

Kurangnya Kesadaran Sektor Swasta Jadi Penghambat Penetrasi Asuransi di Indonesia

  • Sektor swasta di Indonesia didominasi oleh banyak perusahaan kecil, sementara ekonomi sebagian besar dikendalikan oleh segelintir perusahaan besar. Dari 66 juta usaha yang ada, hanya sekitar 9 juta yang secara resmi terdaftar dan mengikuti program asuransi.

IKNB

Idham Nur Indrajaya

JAKARTA - Ketua Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI), Budi Herawan, menyampaikan bahwa rendahnya kesadaran sektor swasta di Indonesia terhadap manfaat asuransi menjadi salah satu faktor penghambat penetrasi asuransi di pasar domestik. 

Ia mengungkapkan, "Sektor swasta di Indonesia didominasi oleh banyak perusahaan kecil, sementara ekonomi sebagian besar dikendalikan oleh segelintir perusahaan besar. Dari 66 juta usaha yang ada, hanya sekitar 9 juta yang secara resmi terdaftar dan mengikuti program asuransi," jelas Budi di acara 28th Indonesia Rendezvous di Bali beberapa hari lalu. 

Tantangan dalam Penetrasi Asuransi di Sektor Swasta

Budi juga menyoroti beberapa tantangan utama yang menghambat pertumbuhan penetrasi asuransi di sektor swasta.

Salah satu tantangan terbesar adalah ketidakpercayaan terhadap perusahaan asuransi, yang kerap menimbulkan keraguan di kalangan pengambil kebijakan, termasuk para regulator pemerintah. 

Kondisi ini membuat sektor swasta belum sepenuhnya yakin akan kehandalan dan keamanan dari layanan asuransi yang tersedia.

Faktor Pertumbuhan Populasi dan PDB

Penetrasi asuransi di Indonesia terus menunjukkan tren penurunan. Dari 3,1% pada 2020, turun menjadi 2,59% pada 2023. 

Wakil Ketua Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI), Trinita Situmeang, memberikan pandangan terkait penyebab penurunan tersebut serta langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk mengatasinya.

Menurut Trinita Situmeang, penurunan penetrasi asuransi di Indonesia memang benar adanya. “Kalau kita melihat penetrasi pasar asuransi kita, memang ada penurunan, terutama dalam hal pembelian asuransi, khususnya pada major class business,” ungkap Trinita saat ditemui awak media beberapa waktu lalu.

Terdapat tiga jenis bisnis utama yang menjadi andalan industri asuransi di Indonesia, yaitu properti, kendaraan bermotor, dan kredit. Dari ketiganya, kendaraan bermotor menunjukkan stagnasi, sementara sektor properti yang didominasi industri tetap stabil.

Trinita juga menjelaskan bahwa penurunan penetrasi tidak hanya terkait dengan pasar, tetapi juga faktor lainnya, seperti Produk Domestik Bruto (PDB) dan populasi. 

"Penambahan premi per unit dari pertumbuhan organik tidak akan banyak menggerakkan densitas karena hitungan matematisnya tergantung pada populasi sebagai penyebut," jelasnya. 

Artinya, meskipun premi asuransi mengalami kenaikan, jika pertumbuhan populasi terus meningkat, maka penetrasi asuransi akan tetap stagnan.

Meningkatkan Densitas dan Penetrasi Asuransi

Untuk meningkatkan penetrasi dan densitas asuransi, Trinita menekankan perlunya peningkatan pembelian asuransi per kapita, baik dari segmen ritel maupun komersial. 

Ia menyebutkan, “Untuk mencapai tingkat densitas dan penetrasi yang lebih tinggi, diperlukan peningkatan penggunaan atau pembelian asuransi per kapita. Hal ini diharapkan dapat terjadi pada produk-produk yang menyasar segmen ritel dan komersial.”

Salah satu faktor penting yang dapat mendorong penetrasi asuransi adalah peningkatan kesadaran masyarakat terhadap manfaat asuransi, terutama produk-produk seperti asuransi kesehatan dan asuransi kredit. 

Trinita berharap dengan semakin meningkatnya pemahaman masyarakat akan pentingnya asuransi, khususnya di kalangan generasi muda, mereka akan mulai menjadikan asuransi sebagai kebutuhan prioritas setelah kebutuhan pokok terpenuhi.

“Generasi muda lebih sadar akan pentingnya asuransi, seperti asuransi kesehatan, kendaraan, atau bahkan gadget mereka,” tambahnya.

Target Peningkatan Penetrasi Asuransi di Indonesia

Di tingkat ASEAN, Indonesia masih berada di posisi yang kurang menggembirakan dalam hal penetrasi asuransi. Menurut Trinita, penetrasi asuransi di Indonesia termasuk yang paling rendah di kawasan ini. “Meski begitu, target peningkatan penetrasi ini cukup menantang, namun setiap kenaikan, meskipun hanya satu basis poin, tetap sangat berarti,” tegas Trinita.

Selain itu, untuk mendukung penetrasi asuransi, terdapat upaya untuk memperkuat manajemen risiko, khususnya dalam asuransi kredit.

Solusi: Peningkatan Regulasi dan Akses Pasar Internasional

Menurut Budi, ada beberapa langkah penting yang bisa diambil untuk mengatasi tantangan ini. Salah satunya adalah konsistensi dalam regulasi yang lebih baik, serta mendorong akses pasar internasional untuk membuka potensi sektor swasta. 

Langkah-langkah ini, diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih berkelanjutan, serta memperkuat peran industri asuransi di Indonesia.

"Kami mendukung penuh inisiatif pemerintah dalam mengembangkan industri asuransi, termasuk regulasi yang bertujuan untuk meningkatkan transparansi, perlindungan konsumen, serta memberikan insentif bagi perusahaan asuransi agar dapat memperluas cakupannya," lanjut Budi.

Inisiatif Penting Pemerintah untuk Mendukung Industri Asuransi

Budi juga memberikan apresiasi atas sejumlah inisiatif yang diambil pemerintah dalam memperkuat sektor asuransi. 

Beberapa inisiatif tersebut meliputi peningkatan kesehatan keuangan bagi perusahaan asuransi dan reasuransi, baik yang konvensional maupun syariah. Selain itu, pemerintah juga telah memperkuat tata kelola bagi perusahaan asuransi mutual, serta memberikan panduan terkait asuransi kredit dan penjaminan.

Tidak hanya itu, pemerintah juga fokus pada perlindungan konsumen dan penyederhanaan proses perizinan bagi perusahaan asuransi dan reasuransi. Salah satu upaya penting adalah panduan manajemen produk yang bertujuan menyederhanakan pengelolaan dan penetapan harga produk asuransi.