<p>Karyawati salah satu bank menunjukkan mata uang Rupiah dan Dolar di Jakarta, Selasa, 8 Juni 2021. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia</p>
Pasar Modal

Kurs Dolar Hari Ini: Besok Tapering Off The Fed, Rupiah Bakal Melemah Lagi?

  • Analis Pasar Uang Ariston Tjendra menyebut rupiah berpotensi melemah ke Rp14.300 dengan support di kisaran Rp14.230 per dolar AS. Pelemahan rupiah pascapengumuman keputusan The Fed diprediksi berlanjut bila pengetatan moneter yang dilakukan The Fed melebihi US$15 miliar.
Pasar Modal
Muhamad Arfan Septiawan

Muhamad Arfan Septiawan

Author

JAKARTA -  Keputusan Federal Reserve (The Fed) untuk melakukan tapering off yang akan diumumkan pada besok menjadi sentimen utama yang menekan nilai tukar rupiah. Pelaku pasar akan mengantisipasi nominal pengetatan moneter yang akan dilakukan oleh Bank Sentral Amerika Serikat (AS) tersebut.

Analis Pasar Uang Ariston Tjendra menyebut rupiah berpotensi melemah ke Rp14.300 dengan support di kisaran Rp14.230 per dolar AS. Pelemahan rupiah pascapengumuman keputusan The Fed diprediksi berlanjut bila pengetatan moneter yang dilakukan The Fed melebihi US$15 miliar.

“Aksi ini bisa mendorong penguatan dolar AS terhadap nilai tukar lainnya terutama nilai tukar emerging market. Pasar juga menantikan seberapa agresif the Fed akan mengurangi stimulusnya, apakah melebihi perkiraan selama ini sebesar US$15 miliar per bulan,” ucap Ariston kepada TrenAsia.com, Rabu, 4 November 2021.

Sebelumnya, The Fed disebut akan menyelesaikan proses tapering off pada pertengahan 2022. Setelah itu, bank sentral tersebut diperkirakan kembali akan mengerek suku bunga acuannya sebagai imbas dari pemulihan ekonomi yang telah optimal di Negeri Paman Sam.

Kendati demikian, pergerakan rupiah masih ditopang oleh kondisi perekonomian yang mulai berjalan semakin longgar di dalam negeri. Hal ini tampak dari keputusan pemerintah untuk menurunkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) di DKI Jakarta menjadi level 1.

Selain itu, kuatnya ekspor Indonesia disebut Ariston juga menjadi sentimen yang kuat untuk menahan pelemahan rupiah. Seperti diketahui, neraca perdagangan Indonesia telah mengalami surplus selama 17 bulan berturut-turut.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat surplus neraca perdagangan pada September 2021 sebesar US$4,37 miliar setara Rp61,58 triliun. Terakhir, Purchase Managers’ Index (PMI) manufaktur bisa mendorong kepercayaan pelaku pasar terhadap kondisi pemulihan ekonomi di Indonesia.

IHS Markit melaporkan, PMI manufaktur Indonesia pada Oktober 2021 bertengger di level 57,2 naik dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang berada di peringkat 52,2.

Dalam catatan Kementerian Perindustrian (Kemenperin), PMI manufaktur Oktober ini  merupakan rekor tertinggi sepanjang sejarah manufaktur Indonesia. Posisi PMI di atas 50 menandai bahwa sektor manufaktur sedang mengalami fase ekspansi.

“Di sisi lain, bila fokus pasar tidak lagi ke keputusan the Fed, rupiah berpeluang menguat lagi karena kondisi ekonomi Indonesia yang mulai pulih dan pandemi yang terkendali serta didukung oleh surplus neraca perdagangan,” jelas Ariston.