Kurs Dolar Hari Ini: Inflasi di AS Pecah Rekor, Rupiah Loyo ke Rp14.320 per Dolar AS
- Indeks Harga Konsumen (IHK) di Amerika Serikat (AS) yang menunjukkan inflasi 6,2% year-on-year (yoy) pada Oktober 2021 masih menjadi sentimen utama yang menekan pergerakan rupiah pada hari ini. Pasalnya, catatan inflasi tersebut tertinggi sejak 30 tahun terakhir di Negeri Paman Sam.
Pasar Modal
JAKARTA – Indeks Harga Konsumen (IHK) di Amerika Serikat (AS) yang menunjukkan inflasi 6,2% year-on-year (yoy) pada Oktober 2021 masih menjadi sentimen utama yang menekan pergerakan rupiah pada hari ini. Pasalnya, catatan inflasi tersebut tertinggi sejak 30 tahun terakhir di Negeri Paman Sam.
Analis Pasar Uang sekaligus Kepala Riset dan Edukasi PT Monex Investindo Ariston Tjendra menyebut rupiah kemungkinan melemah ke level Rp14.300-Rp14.320 dengan potensi support di kisaran Rp14.230 per dolar AS. Ariston bilang inflasi yang tinggi di AS menjadi indikasi akselerasi pemulihan ekonomi sebagai akibat daya beli yang meningkat.
Hal ini sejalan dengan peningkatan harga sejumlah kebutuhan dasar di AS. Komoditas yang berkontribusi tinggi terhadap inflasi itu antara lain makanan dengan kenaikan 5,3%, bensin 6,1%, dan biaya listrik 1,8%.
“Nilai tukar rupiah masih berpeluang tertekan terhadap dolar AS karena kenaikan inflasi di AS,” ucap Ariston kepada TrenAsia.com, Jumat, 12 November 2021.
- IHSG Hari Ini Rawan Koreksi, MNC Sekuritas Rekomendasi Saham HOKI, ERAA, IMJS, dan INDY
- Avia Avian Bakal Bagikan Dividen 50%, Sudah Dilakukan Sejak 2017
- Anggaran Bengkak Triliunan Rupiah, Bagaimana Masa Depan LRT Jabodebek?
Implikasi lain dari lonjakan inflasi ini adalah yield atau imbal hasil US Treasury Bond (obligasi pemerintah AS) yang semakin berkilau. Melansir Bloomberg, yield obligasi AS tenor 10 tahun kembali menyentuh 1,57% pada hari ini.
“Yield obligasi pemerintah AS juga menguat terutama tenor 10 tahun yang mendekati 1,6% pada perdagangan kemarin. Dolar AS juga terlihat menguat terhadap nilai tukar lainnya pada perdagangan kemarin,” ujar Ariston.
Selain itu, capaian inflasi ini membuka peluang The Fed untuk mempercepat kenaikan suku bunga acuan.
“Data kenaikan inflasi konsumen AS bulan Oktober yang tertinggi dalam 30 tahun terakhir memicu persepsi Bank Sentral AS bisa menaikkan suku bunga acuannya lebih cepat,” jelas Ariston.
Sebelumnya, The Fed mengumumkan akan mengurangi pembelian obligasi AS menjadi hanya US$15 miliar per bulan. Upaya tapering off ini bakal dimulai The Fed pada akhir November 2021.