Kurs Dolar Hari Ini: Jelang Putusan The Fed, Rupiah Bakal Anjlok ke Rp14.300
- Analis Pasar Uang Ariston Tjendra menyebut rupiah berpotensi melemah ke Rp14.300 dengan potensi support di kisaran Rp14.200 per dolar AS. Ariston bilang pelaku pasar mulai mengantisipasi dengan meninggalkan aset berisiko di emerging market.
Pasar Modal
JAKARTA - Bank sentral Amerika Serikat (AS) The Fed akan mengumumkan kebijakan pengetatan moneter pada 4 November 2021. Jelang putusan The Fed tersebut, rupiah diramal mengalami depresiasi cukup dalam.
Analis Pasar Uang Ariston Tjendra menyebut rupiah berpotensi melemah ke Rp14.300 dengan potensi support di kisaran Rp14.200 per dolar AS. Ariston bilang pelaku pasar mulai mengantisipasi dengan meninggalkan aset berisiko di emerging market.
“Hari ini pun kelihatannya isu tapering masih akan mendominasi pasar. The Fed akan mengeluarkan keputusan tanggal 4 November dinihari. Tapering ini sebagai langkah awal pengetatan moneter di AS yang sedang mengalami kenaikan inflasi yang tinggi dan situasi ketenagakerjaan yang membaik,” jelas Ariston kepada TrenAsia.com, Selasa, 2 November 2021.
- Gokil! Laba PGN Meroket 437,40 Persen Tembus Rp4,09 Triliun
- Saham Boba King Laris Manis! Melesat 25 Persen pada Perdagangan Perdana
- Kenaikan Harga Tiket Pesawat Kerek Inflasi Oktober 2021 ke 0,12 Persen
Amerika Serikat mencatatkan indeks harga konsumen (IHK) di level inflasi 5,4% pada empat bulan terakhir. Selain itu, Purchase Managers’ Index (PMI) di Negeri Paman Sam juga parkir di level 58,4 pada Oktober 2021.
Pelaku pasar memprediksi PMI Manufaktur di AS bakal menyentuh 59,2 pada tahun ini. Dengan indikasi perekonomian ini, Ariston mengatakan besar kemungkinan langkah tapering off dimulai pada November 2021.
“Kelihatannya kekhawatiran pasar terhadap tapering meninggi sehingga pelaku pasar untuk sementara meninggalkan nilai tukar rupiah dan emerging markets lainnya,” papar Ariston.
Kendati demikian, Ariston mengatakan kondisi pemulihan ekonomi mulai menunjukan akselerasi pada kuartal IV-2021. “Membaiknya laporan penghasilan perusahaan di tengah pandemi menjaga optimisme tersebut. Ini mungkin bisa menahan pelemahan aset berisiko termasuk rupiah,” tegas Ariston.