Kurs Dolar Hari Ini: Krisis Energi Tekan Rupiah ke Rp14.250
- Krisis energi berpotensi menjadi gangguan terhadap pertumbuhan ekonomi global. Hal ini rupanya ikut menekan nilai tukar rupiah ke Rp14.240-Rp14.250 dengan support di Rp14.200 per dolar Amerika Serikat (AS).
Pasar Modal
JAKARTA - Krisis energi berpotensi menjadi gangguan terhadap pertumbuhan ekonomi global. Hal ini rupanya ikut menekan nilai tukar rupiah ke Rp14.240-Rp14.250 dengan support di Rp14.200 per dolar Amerika Serikat (AS).
“Nilai tukar rupiah berpotensi tertekan hari ini dengan berkembangnya kekhawatiran pasar terhadap kenaikan harga energi yang bisa mengganggu pertumbuhan ekonomi global,” ungkap Analis Pasar Uang Ariston Tjendra kepada TrenAsia.com, Selasa, 12 Oktober 2021.
Krisis energi ini tercermin dari meningkatnya harga berbagai komoditas. Menghimpun Bloomberg, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) pada Selasa, `12 Oktober 2021 ini kembali menanjak hingga menyentuh US$80,22 per barel.
- Kupas Tuntas Tren Start Up Akuisisi Ritel Konvensional
- Diberi Mandat Realisasikan RPJMN, Bank BTN Bidik 240.000 Pembiayaan KPR per Tahun
- Gokil! RI Sumbang 11 Start Up, Ini Daftar Lengkap Unicorn di Asia Tenggara 2021
Harga minyak acuan Negeri Paman Sam ini terus bergerak naik dalam beberapa waktu terakhir sebagai akibat dari krisis pasokan energi. Ariston bilang adanya krisis energi ini juga berimplikasi terhadap potensi melejitnya inflasi di AS.
Walhasi, inflasi yang tinggi menjadi indikasi terhadap pengambilan keputusan tapering off oleh The Fed. “Kenaikan harga energi juga mendorong kenaikan inflasi di AS yang bisa mengonfirmasi pemberlakuan tapering di akhir tahun,” ucap Ariston.
Indikasi tapering off sudah ditentukan dari tingkat pengangguran yang berhasil ditekan ke 4,8% atau terendah sepanjang pandemi COVID-19. Kondisi ekonomi di AS yang membaik ini memunculkan minat pelaku pasar terhadap instrumen US Treasury Bond atau Obligasi AS.
Yield atau imbal hasil obligasi AS pada hari ini naik lagi menjadi 1,63% atau tertinggi sejak 1 Juni 2021. Kendati demikian, penyebaran COVID-19 di dalam negeri yang semakin terkendali membuat rupiah diramal tidak akan terlalu terguncang.
“Di sisi lain, perkembangan pandemi yang semakin membaik di Tanah Air dan kenaikan harga komoditas bisa membantu menahan pelemahan nilai tukar rupiah,” tegas Ariston.
Satuan Tugas (Satgas) COVID-19 melaporkan kasus aktif telah berkurang 1.889 menjadi 22.541 per Senin, 11 Oktober 2021. kasus terkonfirmasi harian pun berkurang ke level di bawah 1.000, tepatnya 620 kasus pada kemarin.
Sementara itu, tingkat kesembuhan COVID-19 masih tinggi mencapai 96,1%. Hal ini juga disokong oleh tingkat vaksinasi COVID-19 yang sudah mencapai 100 juta orang untuk dosis pertama, dan 57 juta di antaranya telah mendapatkan dosis kedua.