Kurs Dolar Hari Ini: Meski Dibuka Menguat ke Rp14.553 per USD, Rupiah Berpotensi Melemah
- Nilai tukar rupiah (kurs rupiah) dibuka menguat pada perdagangan via Bloomberg, Senin, 13 Juni 2022 pukul 08.28 WIB terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di harga Rp14.553 per dolar AS.
Pasar Modal
JAKARTA – Nilai tukar rupiah (kurs rupiah) dibuka menguat pada perdagangan via Bloomberg, Senin, 13 Juni 2022 pukul 08.28 WIB terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di harga Rp14.553 per dolar AS. Rupiah pagi ini menguat hingga 13 poin setara 0,09%.
Menurut analisa dari Analis Keuangan Ariston Tjendra, nilai tukar rupiah berpotensi melemah terhadap dolar Amerika Serikat karena sentimen The Fed.
"Sentimen The Fed menguat lagi setelah data inflasi konsumen Amerika Serikat bulan Mei dirilis pada Jumat malam dan menunjukkan kenaikan inflasi tertinggi selama 40 tahun di 8,6%. Sementara itu, potensi pelemahan rupiah di kisaran Rp14.650, dengan potensi support Rp14.550," kata Ariston pada TrenAsia.com, Senin, 13 Juni 2022.
- Bisa Nabung dengan Gaji Rp3 Juta? Begini Caranya
- IHSG Berpotensi Tertekan di Awal Pekan, Saham UNVR hingga SMRA Jadi Menu Saham Hari Ini
- Aksi Jual Diproyeksi Hantui IHSG, Simak Rekomendasi Saham Hari Ini
- Targetkan 3.100 Sertifikasi TKDN, Surveyor Indonesia Gencar Sosialisasi Kepada BUMN
Ditambahkan, inflasi Amerika Serikat yang belum turun menjadi alasan bagi Bank Sentral AS untuk menjalankan kebijakan pengetatan moneter yang lebih agresif.
Adapun penguatan sentimen The Fed ini tercemin dari kenaikan yield obligasi pemerintah Amerika Serikat. Yield tenor 10 tahun kembali mendekati level 3,2% yang merupakan level tinggi tahun ini yang terjadi pada bulan Mei lalu.
Selain itu, sentimen pasar terhadap aset berisiko juga terlihat negatif dan indeks saham Asia dibuka negatif. Sedangkan, bitcoin bergerak menurun dan sudah bergerak dibawah 30 ribu USD.
Di sisi lain, kekhawatiran pasar terhadap kenaikan inflasi global akan menekan pertumbuhan ekonomi dan menjadi pemicu sentimen negatif pasar terhadap aset berisiko. Sementara itu, perekonomian Indonesia juga akan mendapatkan dampak negatif dikarenakan harga pangan dan komoditi terus mengalami kenaikan.