Kurs Dolar Hari Ini: Penjualan Ritel di AS Melejit, Rupiah Diramal Tertekan ke Rp14.300
- Data penjualan ritel di Amerika Serikat (AS) yang menunjukkan pemulihan daya beli masyarakat AS diprediksi menjadi sentimen yang bisa menekan nilai tukar rupiah pada hari ini, Rabu, 17 November 2021.
Pasar Modal
JAKARTA - Data penjualan ritel di Amerika Serikat (AS) yang menunjukkan pemulihan daya beli masyarakat AS diprediksi menjadi sentimen yang bisa menekan nilai tukar rupiah pada hari ini, Rabu, 17 November 2021.
Penjualan ritel di AS pada Oktober 2021 menembus 1,7% month-on-month (mom), melebihi ekspektasi pasar yang hanya 1,4% mom. Penjualan ritel tersebut juga tumbuh signifikan dibandingkan September 2021 yang hanya 0,8% mom.
Analis Pasar Uang sekaligus Ketua Riset dan Edukasi PT Monex Investindo Ariston Tjendra mengatakan rupiah berpeluang bergerak ke level Rp14.300 dengan support di kisaran Rp14.200 per dolar AS.
“Kenaikan penjualan ritel ini mendukung kenaikan inflasi yang disebabkan tingginya konsumsi. Skenario percepatan kenaikan suku bunga acuan AS terbuka,” jelas Ariston kepada TrenAsia.com, Rabu, 17 November 2021.
- Grup Sinarmas: Golden Energy Tebar Dividen Interim Lagi Rp854,6 Miliar
- Kuartal III-2021, Laba Bersih Erajaya Swasembada Meroket 143,7% Jadi Rp719,2 Miliar
- Ini Logo Baru BRI Agro setelah Resmi jadi Bank Raya
Seperti diketahui, Bank Sentral AS The Fed akan memulai proses tapering off pada akhir November 2021 dengan skenario kenaikan suku bunga acuan pada semester I-2022. Kendati demikian, tingkat inflasi yang tinggi, kata Ariston, bisa membuat The Fed mengerek suku bunga lebih awal dari perkiraan.
Menggeliatnya penjualan ritel ini juga mendorong pelaku pasar untuk masuk ke instrumen obligasi pemerintah AS atau US Treasury Bond. Mengutip Bloomberg, yield atau imbal hasil obligasi AS tenor 10 tahun kembali menguat ke level 1,64% pada hari ini.
“Nilai tukar rupiah berpeluang mendapatkan tekanan dengan naiknya kembali yield obligasi pemerintah AS dan mendorong penguatan dolar AS,” ujar Ariston.
- Biaya Operasional Tinggi, Garuda Indonesia Masih Rugi Rp10,3 Triliun hingga Kuartal III-2021
- Buntut Lonjakan Harga Sawit, Saraswanti Anugerah (SAMF) Tingkatkan Kapasitas Pabrik Pupuk
- Restrukturisasi Bisnis, Temas (TMAS) Alihkan 8 Unit Kapal Senilai Rp686,4 Miliar ke Entitas Anak
Di sisi lain, capaian surplus neraca perdagangan dipercaya menjadi jaring yang menahan rupiah tidak terlalu terdepresiasi. Menurut Ariston, volume dan nilai impor yang meningkat menjadi indikasi perbaikan permintaan di dalam negeri.
Sebagai informasi, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan surplus neraca perdagangan Indonesia pada Oktober 2021 mencapai US$5,73 miliar setara Rp81,37 triliun (asumsi kurs Rp14.200 per dolar AS).
Surplus neraca perdagangan Oktober 2021 juga meningkat 31,12% dari bulan sebelumnya yang sebesar US$4,37 miliar setara Rp61,58 triliun. Hal ini dipicu oleh kenaikan impor migas pada Oktober 2021.