<p>Karyawati menunjukkan mata uang Dolar Amerika dan Rupiah di salah satu teller bank, di Jakarta, Rabu, 3 Maret 2021. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia</p>
Pasar Modal

Kurs Dolar Hari Ini: Rupiah Terdorong Menguat Berkat Surplus Neraca Perdagangan

  • Kokohnya perdagangan Indonesia menjadi sentimen yang membawa potensi penguatan rupiah ke level Rp14.180-14.250 per dolar Amerika Serikat (AS) hari ini.
Pasar Modal
Muhamad Arfan Septiawan

Muhamad Arfan Septiawan

Author

JAKARTA - Kokohnya perdagangan Indonesia menjadi sentimen yang membawa potensi penguatan rupiah ke level Rp14.180-14.250 per dolar Amerika Serikat (AS) hari ini. 

Seperti diketahui kemarin, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan surplus neraca perdagangan Indonesia pada Oktober 2021 mencapai US$5,73 miliar setara Rp81,37 triliun (asumsi kurs Rp14.200 per dolar AS). 

Analis Pasar Uang sekaligus Kepala Riset dan Edukasi PT Monex Investindo Ariston Tjendra menyebut surplus neraca perdagangan selama 18 bulan berturut-turut membuat pelaku pasar kembali melirik pasar keuangan di dalam negeri. 

“Indeks saham Asia bergerak positif pagi ini. Selain itu surplus besar neraca perdagangan Indonesia juga memberikan dukungan bagi penguatan rupiah,” jelas Ariston kepada TrenAsia.com, Selasa, 16 November 2021.

Meningkatnya impor, kata Ariston, menjadi sinyal positif pulihnya permintaan di dalam negeri. Selain itu, laporan keuangan emiten di bursa dalam negeri yang membaik semakin membuat rupiah berada di atas angin.

Surplus neraca perdagangan Oktober 2021 juga meningkat 31,12% dari bulan sebelumnya yang sebesar US$4,37 miliar setara Rp61,58 triliun. Hal ini dipicu oleh kenaikan impor migas pada Oktober 2021.

Di sisi lain, pergerakan rupiah masih berpeluang tertahan karena sentimen dari Negeri Paman Sam. Rupanya, pelaku pasar masih mewaspadai kenaikan yield obligasi pemerintah AS atau US Treasury Bond. 

”Yield tenor 10 tahun kembali naik ke kisaran 1,6%. Ini menandakan pasar masih berekspektasi Bank Sentral AS bisa menaikkan suku bunga acuannya lebih cepat karena tingkat inflasi AS yang masih meninggi,” tegas Ariston.