Kurs Dolar Hari Ini: Tertekan Yield Obligasi AS, Rupiah Terancam Melemah ke Rp14.100
- Pergerakan rupiah akan tertekan oleh kenaikan yield atau imbal hasil Obligasi AS.
Pasar Modal
JAKARTA - Nilai tukar rupiah diprediksi melemah ke level Rp14.050- Rp14.100 per dolar Amerika Serikat (AS). Pergerakan rupiah akan tertekan oleh kenaikan yield atau imbal hasil Obligasi AS.
Analis Pasar Uang Ariston Tjendra menyebut yield obligasi yang meningkat merupakan implikasi dari antisipasi pasar terhadap kenaikan inflasi di dunia dan AS. Berdasarkan pantauan TrenAsia.com, yield obligasi AS pada pagi ini menyentuh 1,67% atau tertinggi sejak Mei 2021.
“Nilai tukar rupiah berpeluang mendapat tekanan hari ini dengan terus naiknya yield obligasi pemerintah AS karena ekspektasi perubahan kebijakan moneter di AS,” jelas Ariston kepada TrenAsia.com, Kamis, 21 Oktober 2021.
- Cermati Rekomendasi Saham MNC AM di Tengah Merosotnya Harga Batu Bara
- Subholding Gas Pertamina Gandeng PT Badak NGL Perkuat Bisnis LNG Melalui Pemanfaatan Hub Terminal LNG Bontang
- Gokil! Laba BUMN Terbang 356 Persen Tembus Rp26 Triliun, Erick Thohir Bongkar Rahasianya
Tidak hanya itu, sejumlah bank sentral lain diketahui telah mengubah kebijakannya untuk menekan inflasi. Potensi kenaikan inflasi secara signifikan ini, kata Ariston, terjadi akibat krisis energi yang tengah dialami Eropa.
Walhasil, sebagian negara mulai melakukan pengetatan kebijakan moneter melalui bank sentralnya. Hal ini dilakukan oleh Bank of Korea (BOK) dan dan Reserve Bank of New Zealand yang memperketat kebijakan moneter demi menekan inflasi.
Ariston bilang otoritas moneter di dalam negeri perlu mewaspadai adanya efek dari perubahan arah kebijakan moneter bank sentral di beberapa negara tersebut.
“Bank-bank sentral lainnya kemungkinan menyusul seperti bank sentral AS, Inggris, dan Eropa,” papar Ariston.
Meski begitu, booming harga komoditas masih menjadi penahan utama rupiah agar tidak terjerembab. Kuatnya ekspor Indonesia disebut Ariston menjadi sentimen positif terhadap pergerakan rupiah.
“Peluang penguatan rupiah masih terbuka hari ini karena didukung oleh kenaikan harga komoditi terutama tambang yang menjadi andalan ekspor Indonesia. Selain itu, sentimen pasar terhadap aset risiko belum pudar dengan didukung oleh laporan pendapatan perusahaan yang membaik di masa pandemi,” tegas Ariston.
Selain itu, kondisi pandemi COVID-19 di dalam negeri juga bisa mendorong pergerakan rupiah. Pada Rabu, 20 Oktober 2021, kasus terkonfirmasi harian kembali menyentuh level di bawah 1000, tepatnya 914 kasus.
Hal ini diikuti oleh kasus aktif yang berkurang 321 kasus menjadi 16.376. Adapun sebanyak 109 juta masyarakat Indonesia telah mendapat dosis pertama vaksin COVID-19, 64 juta di antaranya bahkan telah menyelesaikan dosis kedua vaksin.