Kurs Dolar Hari Ini: Tunjangan Pengangguran AS Mulai Ditekan, Rupiah Bakal Melemah
- Analis Pasar Uang Ariston Tjendra mengatakan rupiah berpotensi melemah ke level Rp14.150 dengan support di kisaran Rp14.100 per dolar AS.
Pasar Modal
JAKARTA - Perbaikan kondisi ketenagakerjaan di Amerika Serikat (AS) yang mulai membaik berimplikasi terhadap pergerakan rupiah. Hal ini dibuktikan dengan klaim pemohon tunjangan pengangguran AS yang berkurang menjadi 290.000 orang pada pekan ini.
Pemohon tunjangan pengangguran AS ini berkurang dibandingkan posisi sebelumnya yang sebesar 298.000 orang. Analis Pasar Uang Ariston Tjendra mengatakan rupiah berpotensi melemah ke level Rp14.150 dengan support di kisaran Rp14.100 per dolar AS.
Tekanan rupiah juga didorong oleh yield atau imbal hasil obligasi AS yang naik dan menyentuh 1,7%.
“Kenaikan yield ini menyusul data klaim tunjangan pengangguran mingguan AS yang dirilis semalam hasilnya menunjukkan jumlah klaim yang di bawah ekspektasi. Ini artinya warga yang menganggur mulai berkurang dan hasil ini akan mendukung kebijakan pengetatan Bank Sentral AS,” jelas Ariston kepada TrenAsia.com, Jumat, 22 Oktober 2021.
- Tidak hanya Aplikasi PeduliLindungi, Mulai 26 Oktober Beli Tiket KAI Wajib Pakai NIK
- Sambut Ajang MotoGP, 300 Hunian Pariwisata Dibangun di Mandalika NTB
- Wuidiih... Bukan Cuma WSBK dan MotoGP, Mandalika Juga Bisa Gelar Konser Musik
Selain itu, pelaku pasar juga mewaspadai perkembangan krisis Evergrande di China. Pasalnya, kabar terbaru raksasa properti tersebut menyebut adanya kesulitan dalam menjual anak usahanya.
“Selain itu, pasar mewaspadai perkembangan isu utang Evergrande dimana kabar terbaru bahwa perusahaan ini kesulitan menjual anak perusahaannya yang hasil penjualannya akan digunakan untuk membayar utang,” papar Ariston.
Kendati demikian, rupiah masih berpotensi alami penguatan lantaran adanya ekspektasi pemulihan kinerja keuangan emiten di dalam negeri. Dengan adanya pemulihan ekonomi, Ariston bilang hal ini bisa menahan pelemahan rupiah.
“Di sisi lain, pasar masih optimis dengan laporan keuangan perusahaan terdaftar di bursa yang mengindikasikan perbaikan pertumbuhan ekonomi global yang mungkin bisa menahan penguatan dollar AS,” ujar Ariston.