<p>Karyawati menunjukan mata uang Rupiah dan Dolar AS di Jakarta, Kamis, 18 Februari 2021. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia</p>
Pasar Modal

Kurs Dolar Hari Ini: Yield Obligasi AS Kembali Sentuh 1,5 Persen, Rupiah Diramal Bergerak ke Rp14.280

  • Potensi capital outflow ini membawa nilai tukar rupiah terperosok. Analis Pasar Uang Ariston Tjendra mengungkapkan nilai tukar rupiah berpotensi bergerak di kisaran Rp14.240-Rp14.280 per dolar AS.
Pasar Modal
Muhamad Arfan Septiawan

Muhamad Arfan Septiawan

Author

JAKARTA - Pengetatan moneter Amerika Serikat (AS) yang diperkirakan akan terjadi pada akhir 2021 membuat pelaku pasar kembali melirik instrumen US Treasury Bond atau obligasi AS. Pergerakan pelaku pasar ini memicu kembali merangkaknya yield atau imbal hasil obligasi AS sebesar 1,5%.

Di sisi lain, potensi capital outflow ini membawa nilai tukar rupiah terperosok. Analis Pasar Uang Ariston Tjendra mengungkapkan nilai tukar rupiah berpotensi bergerak di kisaran Rp14.240-Rp14.280 per dolar AS.

“Ekspektasi pengetatan moneter di AS membuat yield kembali ke atas level 1,5 persen. Ini bisa menekan penguatan rupiah terhadap dolar AS dan malah bisa mendorong pelemahan rupiah,” ungkap Ariston kepada TrenAsia.com, Rabu, 6 Oktober 2021.

Ariston menyebut Sejumlah indikasi semakin meyakinkan adanya tapering off The Fed pada akhir tahun ini. Beberapa di antaranya adalah tingkat pengangguran yang berkurang ke level 5,2% pada Agustus 2021.

Lalu, Indeks Harga Konsumen (IHK) Amerika Serikat yang menunjukan inflasi 5,3% year on year (yoy) dilihat Ariston sudah cukup menunjukan kembali menggeliatnya ekonomi di AS. Angka itu hanya berselisih tipis dibandingkan dengan inflasi Juli 2021 yang sebesar 5,4% yoy. 

Kendati demikian, rupiah diramal tidak akan terperosok terlalu dalam lantaran ada potensi perbaikan ekonomi yang terjadi di Eropa. Hal ini membuat pelaku pasar tidak melakukan eksodus ke pasar AS saja sehingga stabilitas mata uang bisa tetap terkendali.

“Membaiknya data ekonomi yang dirilis kemarin yaitu data indeks aktivitas sektor jasa Eropa dan AS mendukung sentimen positif terhadap penahanan nilai tukar rupiah tersebut,” jelas Ariston.