<p>Karyawan menghitung mata uang Rupiah di salah satu tempat penukaran uang atau Money Changer di kawasan Melawai, Jakarta, Senin, 9 November 2020. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia</p>
Pasar Modal

Kurs Dolar Hari Ini: Yield Obligasi AS Melemah, Rupiah Berpeluang Bangkit ke Rp14.230 per dolar AS

  • Rupiah bisa menguat ke level Rp14.230 dengan potensi resisten di kisaran Rp14.300 per dolar AS.
Pasar Modal
Muhamad Arfan Septiawan

Muhamad Arfan Septiawan

Author

JAKARTA - Pasca pengumuman pengurangan stimulus pembelian obligasi sebesar US$15 miliar oleh The Fed, pelaku pasar melihat potensi kenaikan suku bunga acuan tidak akan dilakukan dalam waktu dekat. Hal itu turut mendorong yield obligasi Amerika Serikat (AS) tenor 10 tahun melemah ke level 1,5%.

Pelemahan yield obligasi AS tersebut menjadi sentimen positif untuk pergerakan nilai tukar rupiah. Analis Pasar Uang sekaligus Kepala Riset dan Edukasi PT Monex Investindo Ariston Tjendra memproyeksikan rupiah bisa menguat ke level Rp14.230 dengan potensi resisten di kisaran Rp14.300 per dolar AS.

Yield obligasi AS berhasil terkoreksi dan yield tenor 10 tahun bergerak di bawah 1,5% sehingga memberi ruang pasar beralih ke instrumen lain yang berimbal hasil lebih tinggi,” katanya kepada TrenAsia.com, Selasa, 9 November 2021.

Selain itu, adanya stimulus jumbo yang digelontorkan oleh pemerintah AS untuk sektor infrastruktur rupanya berimplikasi positif terhadap ekonomi global. Menurut Ariston, stimulus senilai US$1 triliun ini berpotensi menggairahkan pelaku industri di emerging market, termasuk Indonesia.

“Selain itu, persetujuan stimulus besar lebih dari US$1 triliun untuk infrastruktur oleh Kongres AS juga memberikan sentimen positif ke pasar. Stimulus bisa membantu perekonomian,” ujar Ariston.

Tidak hanya itu, surplus neraca perdagangan di Tiongkok pada Oktober 2021 ini semakin membuat dolar berpotensi melemah. Adapun surplus neraca perdagangan di Tiongkok pada Oktober 2021 menyentuh US$84,51 juta.

“Membaiknya surplus perdagangan Tiongkok bulan Oktober, tertinggi selama pandemi, memberikan indikasi pemulihan ekonomi dan ini memberikan sentimen positif ke pasar. Tiongkok  adalah negara dengan perekonomian terbesar kedua dunia,” tegas Ariston.