<p>Karyawati menunjukkan mata uang Dolar Amerika dan Rupiah di salah satu teller bank, di Jakarta, Rabu, 3 Maret 2021. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia</p>
Pasar Modal

Kurs Dolar Hari Ini: Yield Obligasi AS Menggeliat, Rupiah Kembali Loyo

  • Pergerakan pelaku pasar ke instrumen rendah risiko diprediksi menjadi sentimen utama yang menekan nilai kurs rupiah pada hari ini. Hal ini tercermin dari yield atau imbal hasil US Treasury Bond atau Obligasi Pemerintah AS tenor 10 tahun yang menembus 1,68% atau naik 5 basis poin (bps) dibandingkan dengan kemarin yang hanya 1,63%.
Pasar Modal
Muhamad Arfan Septiawan

Muhamad Arfan Septiawan

Author

JAKARTA - Pergerakan pelaku pasar ke instrumen rendah risiko diprediksi menjadi sentimen utama yang menekan nilai kurs rupiah pada hari ini. Hal ini tercermin dari yield atau imbal hasil US Treasury Bond atau Obligasi Pemerintah AS tenor 10 tahun yang menembus 1,68% atau naik 5 basis poin (bps) dibandingkan dengan kemarin yang hanya 1,63%.

“Nilai tukar rupiah berpotensi tertekan lagi terhadap dolar AS hari ini setelah yield obligasi pemerintah AS masih menunjukan kenaikan,” ucap Analis Pasar Uang sekaligus Kepala Riset dan Edukasi PT Monex Investindo Ariston Tjendra kepada TrenAsia.com, Rabu, 24 November 2021.

Ariston bilang kenaikan yield obligasi pemerintah AS yang berlarut didukung oleh potensi percepatan tapering off. Dengan inflasi yang melonjak, Ariston menyebut The Fed mulai membuka kemungkinan mempercepat kenaikan suku bunga acuan. 

Untuk diketahui, The Fed masih menerapkan suku bunga acuan di level 0%-0,25%. Terlebih, Ariston memprediksi kursi Gubernur The Fed bakal berada di pangkuan Jerome Powell.

Jerome disebutnya memiliki visi yang sejalan untuk mempercepat tapering off. Dalam konferensi pers usai pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC), Jerome berani mengungkapkan suku bunga acuan bakal kembali berada di level 1,8% pada 2024.

“Minggu lalu sebagian pejabat Bank Sentral AS mengungkapkan wacana percepatan tapering karena kenaikan inflasi dan pemulihan ekonomi AS. Nominasi Jerome Powell sebagai Gubernur the Fed oleh Presiden Joe Biden mendorong ekspektasi percepatan kenaikan suku bunga acuan AS,” jelas Ariston.

Sejumlah indikasi telah menunjukan penguatan daya beli masyarakat. Indeks Harga Konsumen (IHK) di AS Oktober 2021 ini menembus 6,2% year on year (yoy) atau tertinggi sejak 1990.’

Hal ini sejalan dengan peningkatan harga sejumlah kebutuhan dasar di AS. Komoditas yang berkontribusi tinggi terhadap inflasi itu antara lain makanan dengan kenaikan 5,3%, bensin 6,1%, dan biaya listrik 1,8%.

Sebelumnya, The Fed mengumumkan akan mengurangi pembelian obligasi AS menjadi hanya US$15 miliar per bulan. Upaya tapering off ini bakal dimulai The Fed pada akhir November 2021.