Kurs Dollar Hari Ini: Krisis Evergrande Tahan Penguatan Rupiah ke Rp14.200
- Nilai tukar rupiah diprediksi kembali melanjutkan tren penguatan ke level Rp14.200-Rp14.260 per dolar Amerika Serikat (AS). Pergerakan rupiah diproyeksikan bakal terbatas karena pelaku pasar masih mewaspadai krisis utang perusahaan properti asal Tiongkok, Evergrande Group.
Pasar Modal
JAKARTA – Nilai tukar rupiah diprediksi kembali melanjutkan tren penguatan ke level Rp14.200-Rp14.260 per dolar Amerika Serikat (AS). Pergerakan rupiah diproyeksikan bakal terbatas karena pelaku pasar masih mewaspadai krisis utang perusahaan properti asal Tiongkok, Evergrande Group.
Analisis Pasar Uang Ariston Tjendra mengatakan pelaku pasar masih mewaspadai efek dari krisis Evergrande tersebut ke aset berisiko. Walhasil, tindakan wait and see tersebut membuat rupiah diramal tidak akan bergerak atraktif pada hari ini.
“Sentimen masih sama. Pasar masih mewaspadai soal krisis utang perusahaan properti raksasa China Evergrande,” jelas Ariston kepada TrenAsia.com, Rabu, 22 September 2021.
- Gagal Bayar Evergrande Group China Picu Dampak Sistemik hingga Indonesia?
- RUPSLB Tidak Kuorum, Langkah Akulaku Genggam Bank Neo Commerce (BBYB) Tertunda
- Modal Semakin Kuat, Bank Neo Commerce Siap Jadi Pemain Utama Bank Digital di Indonesia?
Untuk diketahui, Evergrande Group tengah santer dikabarkan terkait jatuh tempo utangnya yang menggunung. Pengembang ternama ini terancam bangkrut lantaran terindikasi gagal bayar utang sebesar US$300 miliar atau setara Rp4.275 triliun (asumsi kurs Rp 14.251 per dolar Amerika Serikat).
Selain itu, hasil rapat The Fed yang akan diumumkan esok dini hari waktu Indonesia semakin menahan pergerakan rupiah. “Hasil meeting the Fed yang akan dirilis dinihari nanti. Sentimen ini bisa menahan penguatan rupiah,” ujar Ariston.
Di dalam negeri, pelonggaran Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) menopang penguatan rupiah. Hal ini, kata Ariston, semakin mempermudah aktivitas usaha di Pulau Jawa-Bali.
Pasalnya, lebih dari separuh Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia berasal dari Jawa-Bali. “PPKM yang lebih longgar yang mendukung pemulihan ekonomi bisa membantu penguatan rupiah,” jelas Ariston.