<p>Karyawati menunjukkan mata uang Dolar Amerika dan Rupiah di salah satu teller bank, di Jakarta, Rabu, 3 Maret 2021. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia</p>
Pasar Modal

Kurs Dollar Hari Ini: Surplus Neraca Perdagangan Bawa Rupiah Perkasa ke Level Rp14.220

  • Kurs rupiah hari ini diprediksi mengalami penguatan pasca Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan surplus neraca perdagangan Indonesia Agustus 2021. Analisis Pasar Uang Ariston Tjendra menyebut rupiah berpotensi bergerak ke level Rp14.220-Rp14.260 per dolar Amerika Serikat (AS).
Pasar Modal
Muhamad Arfan Septiawan

Muhamad Arfan Septiawan

Author

JAKARTA – Kurs rupiah hari ini diprediksi mengalami penguatan pasca Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan surplus neraca perdagangan Indonesia Agustus 2021. Analisis Pasar Uang Ariston Tjendra menyebut rupiah berpotensi bergerak ke level Rp14.220-Rp14.260 per dolar Amerika Serikat (AS).

Surplus neraca perdagangan, kata Ariston, menjadi indikasi fundamental Indonesia sudah mengalami penguatan. Hal ini bisa menjadi sentimen untuk meningkatkan kepercayaan pelaku pasar terhadap kinerja ekonomi di Indonesia.

“Kenaikan surplus neraca perdagangan indonesia yang cukup tinggi dari bulan sebelumnya sekitar 83 persen memberikan angin segar untuk penguatan rupiah hari ini,” ucap Ariston kepada TrenAsia.com, Kamis, 16 September 2021.

BPS melaporkan nilai ekspor Indonesia pada Agustus mencapai US$21,42 miliar setara Rp305,06 triliun, atau tumbuh 20,95% secara bulanan (month to month/mtm) dan naik 64,10% dibandingkan dengan periode sama tahun sebelumnya (year on year/yoy)

Dengan kinerja ekspor yang terus mengalami perbaikan, Indonesia berhasil mencatat surplus perdagangan sebesar US$4,74 miliar setara Rp67,5 triliun (kurs Rp14,242 per dollar AS) pada Agustus 2021. Di mana impor Indonesia tercatat sebesar$16,68 miliar.

Nilai impor tersebut naik 10,35% mtm atau naik 55,26% yoy. Impor migas Agustus 2021 senilai US$2,05 miliar, naik 14,74% mtm. Sementara, impor non migas senilai US$14,63 miliar, naik 9,76% mtm atau naik 49,39% yoy.

Kendati demikian, isu tapering off The Fed berpotensi menahan penguatan rupiah. Sinyal pelaksanaan tapering off yang belum jelas membuat pelaku pasar masih berhati-hati dan cenderung wait and see.

“Belum ada hasil data ekonomi AS yang benar-benar menghilangkan kemungkinan pelaksanaan tapering di akhir tahun. Data inflasi AS masih meninggi, dan data tenaga kerja AS masih ditunggu perkembangannya,” ujar Ariston.