Kurs Rupiah Akhir Pekan Ditutup Jeblok ke Rp15.219 per Dolar AS
- Rupiah ditutup lemah imbas sentimen pada The Fed yang diprediksi menahan suku bunga hingga akhir 2023.
Finansial
JAKARTA - Nilai kurs rupiah ditutup melemah pada perdagangan hari ini, Jumat, 11 Agustus 2023, setelah tumbuh prediksi bahwa The Federal Reserve (The Fed) tidak akan menurunkan suku bunga acuannya tahun ini.
Menurut data perdagangan Bloomberg, hari ini nilai kurs rupiah ditutup melemah 34 poin di posisi Rp15.219 per-dolar Amerika Serikat (AS).
Pada perdagangan sebelumnya, Kamis, 10 Agustus 2023, nilai kurs rupiah ditutup menguat 4 poin di level Rp15.185 per-dolar AS.
- Biden Resmi Larang Investasi AS di 3 Sektor Teknologi China
- Biden Berambisi Bawa AS Kembali Pimpin Industri Manufaktur Dunia
- Jelang Pemilu 2024, Budi Arie Siap Jaga Jagat Maya dari Hoaks
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan, inflasi indeks harga konsumen (IHK) AS memang memicu ekspektasi bahwa The Fed akan memeprtahankan suku bunganya pada September 2023.
Pada Kamis, 10 Agustus 2023 waktu setempat, data indeks harga konsumen AS menunjukkan inflasi di posisi 3,2% secara tahunan.
Walaupun naik dari 3,2% pada bulan sebelumnya, tapi angkanya masih lebih rendah dibanding ekspektasi pasar 3,3%.
Akan tetapi, pembacaan terhadap inflasi itu pun turut menumbuhkan prediksi bank sentral AS belum akan menurunkan suku bunganya di tahun ini seperti yang diproyeksikan oleh berbagai pihak pada awal tahun 2023.
"Pasar memangkas ekspektasi mereka untuk penurunan suku bunga tahun ini dengan suku bunga diperkirakan tetap di level tertinggi selama 22 tahun," ujar Ibrahim kepada wartawan, Jumat, 11 Agustus 2023.
- 5 Tanda Anda Memiliki Kondisi Keuangan yang Sehat
- Ingin Hidup Tenang, Ini 5 Panduan Mindfulness untuk Pemula
- Makna Nama Baru Gunung Bawah Laut di Pacitan ‘Jogo Jagad’
Saat ini, pelaku pasar masih menanti data-data terbaru untuk membaca arah kebijakan The Fed, dan yang terdekat adalah data inflasi produsen AS periode Juli yang akan dirilis malam ini.
Sementara itu, walaupun produk domestik bruto (PDB) Inggris tumbuh 0,2% pada kuartal kedua tahun 2023, namun negara tersebut tetap menjadi satu-satunya negara maju yang belum kembali ke kondisi perekonomian level prapandemi.
Dengan angka inflasi yang masih tinggi di sana, kenaikan suku bunga lebih lanjut pun masih akan terjadi dan dapat menghambat pertumbuhan ekonomi di Inggris pada masa mendatang.