<p>Foto: Dsn.co.id</p>
Industri

Laba Anjlok, DSN Group Tetap Bagi Dividen Rp52,29 Miliar

  • Emiten perkebunan kelapa sawit PT Dharma Satya Nusantara Tbk. (DSNG) akan membagikan sebagian laba bersih 2019 sebagai dividen. Nilainya Rp52,29 miliar atau Rp5 per saham.

Industri

Sukirno

Sukirno

Author

Emiten perkebunan kelapa sawit PT Dharma Satya Nusantara Tbk. (DSNG) akan membagikan sebagian laba bersih 2019 sebagai dividen. Nilainya Rp52,29 miliar atau Rp5 per saham.

Jumlah itu setara dengan 29% dari laba bersih DSN pada 2019 yang mencapai Rp179,9 miliar. Keputusan ini tertuang dalam rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) perseroan yang berlangsung, Senin, 18 Mei 2020.

Dividen DSN tersebut akan mengalir kepada pemegang saham yang namanya tercatat pada 3 Juni 2020 pukul 16.00 WIB. Tanggal pembagian dividen perseroan akan berlangsung pada 17 Juni 2020.

Adapun perseroan tidak menyisihkan sisa laba bersih perseroan pada 2019 sebagai dana cadangan. Sehingga, sisa dari laba bersih menjadi laba ditahan yang digunakan untuk memperkuat modal kerja dan investasi.

Seperti diketahui, DSN mencatat penurunan laba bersih 57,2% menjadi Rp179,94 miliar sepanjang 2019 dari periode akhir 2018 Rp420,5 miliar.

Pada tahun ini, saham DSNG sempat menyentuh level terendahnya Rp316 per lembar pada 14 Mei 2020. Namun menutup sesi I perdagangan Selasa, 19 Mei 2020, saham DSNG berada pada level Rp318 atau stagnan dari perdagangan hari sebelumnya.

Dengan begitu, saham DSNG sudah turun 30,87% sepanjang tahun ini (year to date/ytd) dari Rp460 per akhir 2019. Kapuitalisasi pasar saham DSNG mencapai Rp3,35 triliun.

Kinerja 2020

Sementara itu, Dharma Satya Nusantara membukukan laba kuartal I-2020 sebesar Rp82 miliar, naik 25% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu yang disebabkan oleh lonjakan harga jual rata-rata minyak kelapa sawit mentah (crude palm oil/CPO) perseroan sebesar 35% dibandingkan dengan kuartal I tahun lalu.

Harga jual rata-rata CPO perseroan pada kuartal I-2020 sebesar Rp8,3 juta per ton, melonjak dibandingkan dengan harga jual rata-rata tiga bulan pertama tahun lalu sebesar Rp6,1 juta per ton. Kenaikan harga jual rerata tersebut didorong oleh turunnya stok minyak sawit Malaysia dan Indonesia, serta tingginya permintaan akibat kebijakan mandatory biodiesel B30.

Kenaikan harga CPO tersebut ikut mendorong kenaikan pendapatan perseroan selama tiga bulan pertama tahun ini menjadi Rp1,59 triliun, naik 16% dibandingkan periode yang sama tahun lalu, yang terutama disumbangkan oleh penjualan dari segmen kelapa sawit sebesar Rp1,32 triliun atau sekitar 83% dari total pendapatan.

Direktur Utama DSN Group Andrianto Oetomo mengatakan pada kuartal I tahun ini, kinerja finansial perseroan terbantu oleh adanya kenaikan harga CPO yang cukup tinggi. Sejak kuartal IV tahun lalu sampai awal tahun, harga CPO sudah mulai rally akibat berkurangnya stok minyak sawit di Malaysia dan Indonesia.

“Pada kuartal I tahun ini, kinerja finansial kami menikmati manfaat dari kenaikan harga CPO. Namun dengan munculnya pandemi COVID-19 yang mulai menunjukkan dampaknya terhadap perekonomian Indonesia maupun dunia di kuartal II ini, maka kami mengambil sikap waspada dengan terus menerus memonitor perkembangan yang terjadi supaya dapat mengambil langkah-langkah yang diperlukan guna memitigasi dampak buruk pandemi COVID-19 ini terhadap semua lini usaha kami,” kata Andrianto Oetomo dalam keterangan resmi.

Pada kuartal I-2020, perseroan mencatat perolehan EBITDA sebesar Rp436 miliar, naik 37% dibandingkan dengan kuartal I-2019, dengan margin EBITDA 1Q2020 sebesar 27%, lebih tinggi daripada margin EBITDA 1Q2019 sebesar 23%.

Dari sisi kinerja operasional, pada kuartal I-2020 perseroan mencatat produksi CPO sebesar 153.000 ton, naik 18% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. DSN Group juga mampu meningkatkan kinerja pabrik kelapa sawit melalui kenaikan tingkat ekstraksi minyak sawit menjadi 24% pada kuartal I-2020 dibandingkan tahun lalu sebesar 23%.

Adapun, volume penjualan minyak sawit perseroan pada kuartal I-2020 turun 14% menjadi 143.000 ton dari sebelumnya 166.000 ton. Penurunan ini terjadi karena pada periode tahun lalu, volume penjualan juga mencakup sisa stok CPO pada akhir 2018 yang jumlahnya cukup banyak.

Selain itu, pada akhir Maret 2020, sempat terjadi keterlambatan pada kapal pengangkut CPO yang berdampak pada tertahannya pengiriman CPO di akhir Maret 2020.

Sementara untuk segmen produk kayu, perseroan mencatat adanya kenaikan volume penjualan untuk produk panel pada kuartal I-2020, sebesar 16% menjadi 26.000 m3 dan engineered floorings naik 4% menjadi 239.000 m2, akibat meningkatnya permintaan dari negara tujuan ekspor, khususnya permintaan produk panel dari Jepang. (SKO)