<p>Suasana pelayanan nasabah di kantor Cabang Plaza Mandiri, Jakarta, Jum&#8217;at 29 Mei 2020. Bank Mandiri saat ini telah menerapkan serangkaian protokol untuk memulai skenario New Normal di masa pandemi COVID-19 sesuai dengan surat edaran Menteri BUMN  Nomor S-336/MBU/05/2020 tentang antisipasi skenarioThe New Normal Badan Usaha Milik Negara. Protokol tersebut saat ini telah disosialisasikan melalui kanal media komunikasi Bank Mandiri di seluruh kantor utama maupun cabang yang tersebar di dalam dan luar negeri. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia</p>
Industri

Laba Bank Mandiri Anjlok 30,7 Persen, Tapi Saham BMRI Melesat 4,05 Persen, Kok Bisa?

  • Berdasarkan laporan keuangan per September 2020, BMRI hanya membukukan laba bersih konsolidasi Rp14,03 triliun. Nilai ini turun 30,7% dari perolehan laba bersih perseroan pada periode yang sama tahun sebelumnya, yakni Rp20,93 triliun.

Industri

Fajar Yusuf Rasdianto

JAKARTA – PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) tidak berhasil mencatatkan kinerja yang mengesankan sepanjang sembilan bulan pertama 2020.

Berdasarkan laporan keuangan per September 2020, BMRI hanya membukukan laba bersih konsolidasi Rp14,03 triliun. Nilai ini turun 30,7% dari perolehan laba bersih perseroan pada periode yang sama tahun sebelumnya, yakni Rp20,93 triliun.

Pun demikian dengan perolehan laba bersih individual yang turun 31,6% dari Rp18,98 triliun menjadi Rp12,98 triliun.

Penurunan laba disebabkan oleh amblasnya pendapatan bunga perseroan. Secara konsolidasi pendapatan bunga perseroan turun 2,06% dari Rp67,76 triliun menjadi Rp66,37 triliun. Sedangkan secara individual, pendapatan bunga perseroan telah turun 2,99% dari Rp56,45 triliun menjadi Rp54,73 triliun.

Seiring dengan itu, perseroan juga turut mencatatkan penurunan kredit individual sebesar 5,2% menjadi Rp792,35 sejak awal tahun. Pun demikian dengan kredit secara konsilidasi yang turun 3,72% menjadi Rp852,92 triliun.

Performa perusahaan juga tidak bisa dikatakan gemilang mengingat angka kredit bermasalah (non performance loan/NPL) yang naik dari 2,61% pada akhir 2019 menjadi 3,5% pada September tahun ini.

Saham Tumbuh

Kendati demikian, saham BMRI pada perdagangan Senin, 26 Oktober 2020 justru berhasil pertumbuhan positif. Saham BMRI ditutup pada level Rp5.775 per lembar atau naik 225 poin (4,05%) dari penutupan perdagangan sebelumnya yang hanya Rp5.550 per lembar.

Secara keseluruhan, saham BMRI mencatatkan transaksi sebanyak Rp543,09 miliar dengan total 94,29 juta volume saham.

Pada saat bersamaan, BMRI juga turut menjadi pemimpin senarai emiten yang paling banyak diburu asing. Tercatat, BMRI berhasil membukukan total aksi beli bersih asing (net foreign buy/NFB) sebesar Rp239,2 miliar.

Direktur PT Anugrah Mega Investama Hans Kwee menilai bahwa kenaikan saham BMRI ini terjadi lantaran secara keseluruhan kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) memang sedang kuat. Sentimen penurunan laba dan kinerja yang anjlok dari BMRI tidak begitu berpengaruh lantaran investor sudah menduga bahwa penurunan itu pasti terjadi.

“Penurunan itu sudah sesuai ekspektasi investor. Jadi mereka cenderung melihat sentimen lain di saham BMRI ini,” pungkas Hans saat dihubung TrenAsia.com, Senin, 26 Oktober 2020. (SKO)