Laba Bersih ADRO Tersisa Rp12,06 Triliun di Semester I-2024, Apa Penyebabnya?
- PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO), salah satu raksasa tambang batu bara, baru saja melaporkan kinerja keuangan untuk semester I-2024.
Korporasi
JAKARTA – PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO), salah satu raksasa tambang batu bara, baru saja melaporkan kinerja keuangan untuk semester I-2024. Seperti halnya emiten emas hitam lainnya, ADRO juga mengalami penurunan dalam pendapatan dan laba bersih.
Berdasarkan laporan keuangan yang disampaikan ke Bursa Efek Indonesia, ADRO mencatat laba bersih sebesar US$778,77 juta hingga Juni 2024. Jika dikonversikan dengan kurs Rp15.500 per dolar AS, laba ini setara dengan Rp12,06 triliun.
Namun, laba bersih tersebut turun 10,87% dibandingkan periode yang sama tahun lalu (Year on Year/YoY), di mana pada semester I-2023, perusahaan milik taipan Garibaldi Boy Thohir ini mampu meraup laba sebesar US$873,83 juta.
- BTN Sudah Jalani 70 Persen Proses Due Diligence Salah Satu Bank untuk Spin Off Syariah
- Jadi Penghasil Devisa Ekspor Terbesar di Gorontalo, PT Biomasa Jaya Abadi Raih Penghargaan dari Bea Cukai
- Aneka Tambang Tbk (ANTAM) akan Beli Emas dari Freeport Indonesia
Nah, penurunan laba bersih ini turut dipengaruhi oleh penurunan pendapatan usaha, yang menyusut 14,40% YoY menjadi US$2,97 miliar dari US$3,47 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Selain itu, penurunan pendapatan usaha ADRO juga disebabkan oleh menurunnya ekspor penjualan batu bara, yang turun dari US$2,88 miliar pada semester I-2023 menjadi US$2,29 miliar pada tahun ini. Sementara itu, penjualan batu bara domestik justru naik dari US$396 juta menjadi US$524 juta.
Secara operasional, volume produksi dan penjualan batubara ADRO naik 7% hingga masing-masing mencapai 35,74 juta ton dan 34,94 juta ton. Namun pada periode yang sama terjadi koreksi harga batubara, dengan harga jual rata-rata alias average selling price (ASP) yang turun 19%.
Presiden Direktur dan Chief Executive Officer Boy Thohir mengatakan bahwa walaupun menghadapi kondisi harga yang sulit baik untuk batu bara termal maupun metalurgi, Grup Adaro mampu menunjukkan resiliensi kinerja keuangan berkat komitmen terhadap keunggulan operasional dan efisiensi.
“Resiliensi tersebut merupakan cerminan dedikasi kolektif dari tim kami. Kami tetap berfokus pada eksekusi proyek dalam upaya untuk mengkonversikan visi jangka panjang kami menjadi nilai nyata bagi para pemegang saham," ujarnya dalam keterangan resmi, pada Rabu, 28 Agustus 2024.
Sejalan dengan penurunan pendapatan, beban pokok pendapatan ADRO juga mengalami penurunan sebesar 13,30% YoY menjadi US$1,76 miliar. Penurunan ini terutama disebabkan oleh berkurangnya beban royalti untuk PT Adaro Indonesia (AI) dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, seiring dengan penurunan harga jual rata-rata (ASP).
Penurunan beban pokok ini membuat ADRO membukukan laba bruto sebesar US$1,20 miliar, turun 16,66% YoY. Selama paruh pertama tahun ini, ADRO mencatat laba usaha sebesar US$1 miliar, mengalami penurunan 14,53% secara tahunan.
Meskipun mengalami penurunan kinerja, Boy Thohir menegaskan komitmen perusahaan untuk memberikan pengembalian bagi pemegang saham melalui pembagian dividen tunai dan program pembelian kembali saham.
Dari sisi pergerakan saham, ADRO masih mampu mencatat kenaikan secara year-to-date yang terpantau naik 47,90% sejak awal tahun 2024. Pada penutupan perdagangan Selasa, 27 Agustus 2024, saham ini ditutup naik 0,86% ke level Rp3.520 per saham.