<p>Kantor Pusat PT Bank Jago Tbk yang sahamnya dibeli Gojek Indonesia / Dok. Bank Jago</p>
Korporasi

Laba Bersih Bank Jago (ARTO) Anjlok hingga 81 Persen, Ini Penyebabnya

  • Menurut laporan keuangan perseroan, per 31 Desember 2022, laba bersih ARTO tercatat sebesar Rp15,91 miliar, menurun drastis dari Rp86,02 miliar pada tahun sebelumnya.

Korporasi

Idham Nur Indrajaya

JAKARTA - Pada tahun 2022, Laba bersih PT Bank Jago Tbk (ARTO) anjlok hingga 81% jika dibandingkan tahun sebelumnya.

Menurut laporan keuangan perseroan, per 31 Desember 2022, laba bersih ARTO tercatat sebesar Rp15,91 miliar, menurun drastis dari Rp86,02 miliar pada tahun sebelumnya.

Padahal, laba sebelum pajak penghasilan Bank Jago pada 2022 tercatat sebesar RP20,42 miliar atau meningkat signifikan sebesar 123% dari Rp9,13 miliar pada 2021.

Kerancuan ini disebabkan oleh adanya manfaat pajak penghasilan yang diterima Bank Jago pada 2021 sebesar Rp76,89 miliar.

Sementara itu, untuk tahun 2022, laba bersih Bank Jago dipangkas oleh beban pajak penghasilan sebesar Rp4,5 miliar. Dengan demikian, laba bersih tahunan Bank Jago pun menurun drastis jika dibanding 2021.

Sementara itu, penyaluran kredit dan pembiayaan syariah Bank Jago mengalami pertumbuhan 76% ke angka Rp9,43 triliun dari Rp5,37 triliun pada tahun sebelumnya.

Menurut keterangan perseroan, pertumbuhan ini tercapai berkat strategi penyaluran kredit dan pembiayaan syariah melalui kolaborasi dengan berbagai mitra, seperti ekosistem dan platform digital, perusahaan pembiayaan, serta lembaga keuangan lainnya.

Ditinjau dari rasio kredit bermasalah atau nonperforming loan (NPL), kualitas pembiayaan ARTO mengalami penurunan, yang mana persentase NPL Bruto berada pada level 1,81%, meningkat dari 0,58% pada tahun sebelumnya.

Akan tetapi, menurut Direktur Utama Bank Jago Kharim Siregar, NPL di level tersebut masih terbilang aman dan di bawah rata-rata industri perbankan.

"Untuk bertumbuh secara cepat dan solid, kami percaya kolaborasi adalah cara yang paling efektif. Kami melakukannya dengan tetap memperhatikan risiko kredit agar Bank Jago dapat tumbuh secara berkelanjutan," kata Kharim melalui keterangan tertulis yang diterima TrenAsia, Jumat, 17 Maret 2023.

Dari segi pendanaan, Bank Jago menghimpun dana pihak ketiga (DPK) sebesar Rp8,7 triliun per akhir 2022 yang mana jumlanya meningkat 125% dari tahun sebelumnya.

Peningkatan ini didorong oleh pertumbuhan dana murah atau current account saving account (CASA) sebesar 238% ke angka Rp5,67 triliun dari Rp1,68 triliun pada tahun sebelumnya.

Dengan peningkatan yang signifikan itu, rasio CASA terhadap DPK pun bertumbuh dari 46% pada 2021 menjadi 69% pada 2022.

Aset Bank Jago per akhir 2022 juga mengalami peningkatan 38% dari Rp12,31 triliun pada tahun sebelumnya menjadi Rp16,97 triliun.

Sementara itu, didorong oleh kolaborasi-kolaborasi yang dilaksanakan perseroan, jumlah nasabah funding mencapai lebih dari 5,1 juta dengan peningkatan hampir empat kali lipat dari 1,4 juta nasabah pada 2021.

"Sepanjang tahun lalu, Bank Jago melakukan inovasi dan kolaborasi baru, seperti peluncuran aplikasi Jago Syariah dan integrasi Aplikasi Jago dengan aplikasi untuk mitra usaha GoFood, yaitu GoBiz. Tahun ini, kami akan terus berinovasi, memperdalam kolaborasi dengan ekosistem yang sudah ada, serta memperluas kolaborasi dengan ekosistem yang baru agar kami dapat menawarkan life-centric digital financial solution kepada lebih banyak orang," kata Kharim.